Sekarang kita membahas gejala-gejala atau tanda dan diagnosis penyakit glaukoma mata setelah kita mengetahui pengertian, jenis dan penyebabnya. Pasien dengan jenis glaukoma sudut tertutup dan terbuka pada umumnya tidak mengalami gejala tertentu di awal terjadinya penyakit ini, termasuk kehilangan daya penglihatan.
Jarang pasien mengalami fluktuasi kenaikan pada tekanan intraokular yang menyebabkan penghilatan terganggu dan ketika melihat lampu atau cahaya terdapat lingkaran disekelilingnya khususnya pada pagi hari. Gejala pada jenis sudut tertutup akut adalah rasa sakit pada mata, mual, muntah, sakit kepala dan pandangan kabur.
Pasien dengan jenis penyakit glaukoma sudut terbuka kronis mungkin tidak mengalami gejala-gejala tertentu di awal. Beberapa pasien biasanya mengalami mata agak merah karena penggunaan obat tetes mata. Dokter mata pada saat memeriksa pasien mungkin akan menemukan tekanan intraokular yang tinggi, terjadi gangguan pada saraf mata dan pandangan menjadi kabur.
Pada jenis glaukoma sudut mata tertutup akut, mata pasien akan terlihat memerah, terjadi pembesaran pada pupil dan mata tidak reaktif kepada cahaya. Kornea mata mungkin terlihat satu. Dokter akan menemukan penurunan daya penghilatan secara akut, nyeri pada kornea, tekanan tinggi pada bola mata dan sudut drainase mata tertutup.
Diagnosis Glaukoma Mata
Dokter spesialis mata dapat mendeteksi seseorang beresiko atau tidak terhadap penyakit glaukoma mata karena tekanan intraokular meningkat atau sudut drainase mata yang sempit sebelum terjadi kerusakan pada saraf mata. Dokter akan melakukan diagnosis pada pasien glaukoma dengan mengamati kerusakan saraf dan daya penglihatan yang menurun melalui beberapa tes sebagai berikut:
a. Tes Tonometri
Test ini akan mengetahui berapa tekanan dalam mata dengan cara mengukur tegangan pada permukaan mata dimana sebelumnya mata diberikan obat tetes anestesi.
b. Pachymetri
Tes ini akan mengukur ketebalan kornea dimana sebelumnya mata akan diberikan obat tetes mata anestesi dan kemudian ujung pachimeter akan menyentuh lapisan atas kornea. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan intraokular berhubungan dengan ketebalan kornea.
c. Genioskopi
Tes genioskopi dilakukan dengan memberikan obat tetes mata anestesi terlebih dahulu dan akaan meletakkan lensa kontak spesial untuk mengamati kondisi mata dari arah yang berbeda sehingga sudut drainase mata dapat diperiksa apakah menyempit atau melebar.
d. Ophthalmoscopy
Pemeriksaan ini dilakukan dengan alat berukuran kecil untuk mengamati pupil dan selaput pelangi di dalam mata sehingga dapat diketahui tingkat kerusakan pada saraf mata, ditandai oleh lensa mata berbentuk seperti corong dan terjadi perubahan warna akibat buruknya aliran darah dan karena tekanan intraokular.
e. Tes Penglihatan
Tes ini dilakukan untuk mengamati apakah terdapat tanda-tanda kerusakan pada saraf mata. Medan visual diukur dengan menggunakan komputer dimana salah satu mata ditutup dam intesitas cahaya akan diproyeksikan. Jika pasien dapat melihat cahaya, maka dia akan menekan tombol. Prosedur akan menghasilkan peta medan visual dan dapat mengetahui area mana dapat terlihat atau tidak.
f. Tomografi Saraf Mata
Alat ini akan menghasilkan gambar 3 dimensi pada saraf mata sehingga dapat dianalisa lapisan saraf dan kerusakan saraf optik pada mata.
Semua tes diatas dapat diulang pada interval 1-4 kali setahun tergantung bagaimana dokter dapat mengontrol, mengamati penyakit ini dan efek pengobatannya termasuk menggunakan obat tetes mata.
Diskusi
Belum ada komentar.