Kabar tidak bagus buat warga Sumut karena pemadaman listrik akan berlangsung hingga November 2014. Hal ini dikarenakan adanya krisis peremajaan atau rehabilitasi pada mesin pembangkit dan kurangnya pasokan solar oleh PT Pertamina ke PT PLN akibat kesepakatan harga BBM antara kedua belah pihak belum mencapai titik temu yang mengakibatkan terjadinya defisit daya listrik.
“Tadi malam (Rabu, 6/8), kondisi kelistrikan Sumut mencapai 1.785 megawatt (MW) dengan beban puncak sebesar 1.700 MW. Sedangkan kemampuan pembangkitan milik kami (PT PLN Sumut) hanya sebesar 1.400 MW, sehingga terjadi defisit sebesar 385 MW,” ucap General Manager (GM) Pembangkitan Sumut (Kitbu), Bernandus Sudarmata, dalam temu pers di ruang kerja Gubsu Gatot Pujo Nugroho, Jalan Diponegoro Medan, Kamis (7/8), seperti yang diberitakan analisadaily.com.
Menurut Bernandus dalam pertemuan yang juga dihadiri Manager Region I Industrial Fuel Marketing PT Pertamina, Nur Muhammad Zain, defisit sebesar itu terjadi di sejumlah pembangkit yang kekurangan pasokan solar. Antara lain di Tanjung Morawa 45 MW, di PLTU Labuhan Langin 70 MW, PLTU Nagan Raya 2×100 MW, dan PLTU System Turbin Blok I di Belawan sebesar 60 MW.
“Dari 1.400 MW daya mampu PT PLN Sumut, sebesar 1.200 MW di antaranya diproduksi dengan memakai solar, sehingga dengan dikuranginya pasokan solar dari PT Pertamina mengakibatkan produksi listrik menjadi semakin terganggu,” ucap Bernandus.
Krisis Listrik Pulih Pada November 2014
Bernandus memperkirakan, kondisi krisis listrik di Sumut baru bisa pulih paling lambat sekitar November 2014 dengan menerapkan langkah temporer (sementara) dan langkah jangka panjang. “Untuk langkah temporer adalah menyewa genset. Seperti PLTP sewa sebesar 120 MW yang ditempatkan di Sicanang, Belawan yang akan rampung pada September 2014. Kemudian tambahan PLTP sewa sebesar 190 MW yang akan ditempatkan di Labuhan Angin 50 MW, di Lamhot Ma, Belawan 90 MW, dan di Sicanang 50 MW, yang keseluruhannya dijadualkan operasi pada November 2014,” urainya.
Sedangkan langkah panjang, lanjut Bernandus, adalah menyegerakan perawatan PLTG Lot III 100 MW di Belawan dan PLTG Gas Turbin XII di Sicanang yang keduanya dijadualkan rampung sekitar Oktober 2014.
“Dengan kondisi yang ada saat ini, kita berharap kesepakatan harga di tingkat top manajemen PT PLN-PT Pertamina di pusat bisa selesai hari ini (Kamis 7/8). Bila tidak, kami khawatir defisit akan bertambah besar hingga menjadi 390 MW, mengingat saat ini sudah ada enam mesin pembangkit di Belawan yang produksinya telah menurun sebesar 50% (akibat mesinnya yang sudah tua), sehingga sudah harus masuk masa perawatan,” ungkapnya.
Di samping kondisi di atas, lanjut Bernandus, saat ini tercatat ketersediaan solar di PT PLN Sumut di Belawan hanya cukup untuk seminggu ke depan. “Namun kondisi ini tidak sama di dua wilayah, yakni di Tanjung Morawa dan Kualanamu. Karena kabar yang kami terima, dua mesin pembangkit di dua wilayah itu sudah tak beroperasi sejak Kamis, 8 Agustus 2014 karena ketiadaan solar,” beber Bernandus.
Soal berkurangnya pasokan solar ke PT PLN Sumut, Nur Muhammad Zain tak menampiknya. Bahkan ia menegaskan, kondisi serupa juga terjadi di seluruh pembangkitan PT PLN di Tanah Air. “Dikuranginya pasokan solar itu akibat kesepakatan harga antara PT Pertamina-PT PLN yang belum tercapai. Sementara, kondisi tersebut membuat PT Pertamina terus merugi, sehingga harus menghentikan pasokan untuk sementara waktu, sampai kesepakatan harga (business to business) tercapai,” jelasnya.
Nur mengungkapkan, bila hari ini (Kamis 7/8) kesepakatan harga sudah oke, maka saat itu juga pasokan dipulihkan. Sebab, stok BBM jenis solar di Belawan masih cukup besar. “Itu belum termasuk stok yang ada di kapal yang ada di Tanjung Uban yang rencananya akan dialihkan ke Belawan. Jadi, soal kondisi ketersediaan BBM jenis solar, tak ada masalah. Kami hanya menunggu adanya kesepakatan harga karena sejak 2012 harga jual solar subsidi ke PT PLN tak pernah direvisi hingga saat ini,” ujarnya.
Akhirnya PLN dan Pertamina Sepakati Harga Baru Solar
Akhirnya PT Pertamina dan PLN telah menyepakati harga 109,5 persen Means of Platts Singapore (MoPS) untuk pasokan solar periode Juli-Desember 2014. Media Manajer Pertamina Adiatma Sardjito membenarkan, sudah ada kesepakatan harga solar baru pada malam Jumat (8/8/2013) kemarin. Kesepakatan itu menyatakan, PLN bersedia membayar bahan bakar jenis high speed diesel (HSD) sebesar 109,5 persen MoPS dan marine fule oil (MFO) sebesar 111 persen MoPS.
Ia bilang kesepakatan tersebut hanya untuk tahun ini. Tepatnya setelah kontrak MoPS tahun lalu habis. “Harga baru untuk bulan Juli-Desember 2014 saja, untuk tahun depan belum kita sepakati lagi,” katanya, Sabtu (9/8/2014). Adiatma menekankan, Pertamina batal mengurangi pasokan solar ke PLN, yang harus diketahui Pertamina masih memiliki itikad baik untuk memasok 50 persen solarnya.
“Kalaupun harga untuk kedepannya belum disepakati, tapi kita (Pertamina) punya itikad baik untuk suplai 50% solar ke PLN,” terangnya. Rapat yang melibatkan tim teknis Pertamina dan PLN juga membahas kerugian Pertamina yang harus diganti oleh PLN. Yakni, kerugian yang terdiri dari tahun 2013 sebesar 28 juta dollar AS dan kerugian semester I tahun 2014 45 juta dollar AS.
“PLN diminta mengganti rugi biaya yang sudah dikeluarkan Pertaminatahun 2013 dan semester I tahun 2014,” tandasnya. Pembahasan harga solar baru ini masih akan terus dibahas olehPertamina dan PLN, dan akan melanjutkan lagi pertemuan dengan Kementerian Keuangan (Kemkeu), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu.
Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo mengatakan, sudah harus ada kesepakatan harga antara Pertamina dan PLN. Ia bilang, Pertamina jangan sampai rugi namun tidak boleh memikirkan untung. “Kalaupun PLN tidak bisa bayar karena keterbatasan dana, mari kita bicarakan dengan Kemenkeu dan BUMN,” terangnya.
Diskusi
Belum ada komentar.