Saudara-saudara,
Namun efektivitas pembangunan nasional tidak semata-mata diukur dari pengentasan kemiskinan. Ukuran lain yang juga penting adalah : pertumbuhan kelas menengah. Sebenarnya, Pemerintah selama ini mempunyai tujuan ganda — twin objective — yakni me-nurunkan secara sistematis dan signifikan angka kemiskinan, dan bersamaan dengan itu meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kelas menengah.
Di abad ke-21, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kemajuan Indonesia bukan diukur dari jumlah konglomerat, namun diukur dari jumlah kelas menengah. Kalau jumlah kelas menengah terus membesar, berarti kemiskinan otomatis menurun, karena yang masuk menjadi kelas menengah adalah dari golongan miskin yang berhasil mengubah nasibnya – buruh tani yang menjadi pemilik lahan; karyawan yang menjadi manajemen; si miskin yang menjadi pengu-saha, dosen atau pejabat.
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Segala upaya kita untuk menjaga persatuan dan kemakmuran Indonesia akan sangat terbantu apabila situasi internasional juga kondusif terhadap kepentingan kita.
Indonesia telah dan akan terus berpegang teguh pada prinsip politik luar negeri bebas aktif, seraya terus memperjuangkan terwu-judnya keadilan dan perdamaian dunia. Alhamdulillah, sejak era reformasi, reposisi Indonesia di dunia internasional terus berlang-sung. Indonesia telah menjadi kekuatan regional dan sekaligus pe-main global yang disegani.
Bangsa Indonesia harus cerdas mengantisipasi dan menyikapi berbagai perkembangan internasional dewasa ini dengan tetap ber-pegang teguh pada kepentingan nasional.
Di lingkungan terdekat di Asia Tenggara, Indonesia senantiasa berkontribusi pada penguatan ASEAN bagi terciptanya suatu kawas-an yang damai dan sejahtera. Selama lima tahun terakhir ini, terma-suk saat menjadi Ketua ASEAN sepanjang tahun 2011, Indonesia terus mendorong sentralitas ASEAN dalam percaturan kawasan dan peningkatan peran ASEAN dalam menghadapi permasalahan global.
Dalam 10 tahun terakhir, saya terus melaksanakan diplomasi bebas aktif Indonesia agar selalu berorientasi pada peluang, selalu memberikan nilai tambah bagi kepentingan nasional, dan selalu berikhtiar untuk selalu menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia.
Dalam konflik di Laut Tiongkok Selatan, Indonesia melalui forum ASEAN dan melalui konsultasi langsung dengan negara ter-kait, terus mendorong penyelesaian secara damai melalui implementasi Declaration on the Conduct serta penyelesaian Code of Conduct di Laut Tiongkok Selatan. Artinya, kita ikut mendorong penyelesaian persengketaan di wilayah itu secara damai.
Di Pasifik Barat Daya, kita telah meningkatkan hubungan per-sahabatan dengan negara-negara pulau di Pasifik, dengan kerangka kebijakan “look east diplomacy”. Saya senang melihat hubungan Indonesia dengan negara-negara yang tergabung dalam Melanesian Spearhead Group (MSG), Pacific Island Forum, serta Pacific Island Development Forum yang mengalami peningkatan yang signifikan.
Di kawasan Asia, Indonesia terus mendorong Indo-Pacific Treaty for Friendship and Cooperation atau Traktat Indo-Pasifik untuk Persahabatan dan Kerja sama. Gagasan ini dimaksudkan untuk menjamin hubungan perdamaian yang lebih stabil dan damai di kawasan, berdasarkan norma-norma bersama — sebagaimana telah diberlakukan selama ini di kawasan Asia Tenggara melalui Treaty of Amity and Cooperation.
Di Timur tengah, dalam kasus konflik Suriah, Indonesia mendo-rong negara-negara Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB untuk lebih berperan aktif dalam rangka penyelesaian krisis. Saya juga telah berbicara dengan banyak tokoh dunia yang memiliki pengaruh besar bagi penyelesaian konflik Suriah.
Indonesia telah menjadi salah satu penyumbang utama dalam misi-misi perdamaian PBB. Peran Indonesia dalam perspektif ini semakin menguat dan terlihat tidak hanya dari sisi jumlah, tetapi juga dari segi kualitas personel. Visi Indonesia dalam hal ini adalah menjadikan Indonesia sebagai 10 besar negara penyumbang pasu-kan misi-misi perdamaian PBB.
Indonesia juga telah memberikan kontribusi nyata terhadap agenda pembangunan millennium pasca 2015, melalui peran kita sebagai salah satu Ketua Bersama dari Panel Tingkat Tinggi PBB untuk Agenda Pembangunan Pasca 2015. Di samping itu, kita juga aktif di berbagai forum multilateral yang berdampak pada kebijakan strategis nasional, seperti forum APEC, WTO, G-20 dan lainnya.
Pemerintah juga telah menyambut baik proses Kongres Diaspora Indonesia di Jakarta tahun lalu, yang menjadi ajang bagi komunitas besar diaspora yang berdarah dan berbudaya Indonesia untuk berkarya dan bersinergi dengan tanah air.
TKI merupakan bagian penting dari diaspora Indonesia, dan perlindungan TKI sebagai pahlawan devisa merupakan prioritas dalam diplomasi Indonesia.
Pendek kata, diplomasi bebas aktif akan selalu mengabdi pada kepentingan nasional, akan selalu berupaya memajukan perdamaian dan kerja sama internasional, dan akan selalu berjuang melindungi warga kita di luar negeri.
Saudara-saudara,
Hadirin sekalian yang saya hormati,
Hari ini, saya berdiri di mimbar yang mulia ini dengan seribu perasaan yang sulit saya lukiskan. Sudah dapat dipastikan, inilah terakhir kalinya saya berpidato di tempat yang terhormat ini sebagai Presiden Republik Indonesia. Walaupun ini adalah pidato yang ke-10, perasaan saya sebenarnya sama dengan sewaktu pertama kali berdiri disini tahun 2005 : penuh semangat dan tekad, untuk berbuat yang terbaik dan memberikan segalanya kepada bangsa dan negara.
Dalam kesempatan yang baik ini, ada beberapa refleksi pribadi yang ingin saya sampaikan ke hadapan sidang yang mulia ini, dan juga kepada rakyat Indonesia.
Pertama, jangan pernah lupa bahwa yang paling penting kita bangun adalah sistem – sistem demokrasi, sistem politik, dan sistem ekonomi. Demokrasi kita tidak boleh bergantung pada figur seseorang, namun harus bergantung pada lembaga, pada peraturan, pada hukum dan norma. Sejarah mengajarkan kita, selama sistem itu kuat, maka negara akan kuat, rakyat juga kuat. Tetapi, jika sistem itu lemah dan keropos, demokrasi kita akan kembali labil dan mengalami kemunduran.
Ini bukan capaian pribadi saya, bukan pula capaian Pemerintah semata: ini adalah prestasi sejarah bangsa Indonesia. Kita semua wajib menjaga momentum bangsa yang baik ini, dan bahkan meningkatkannya. Jangan lupa, dunia penuh dengan contoh bangsa yang sedang naik daun kemudian tersandung dan jatuh seketika. Jangan sampai hal itu terjadi pada bangsa kita.
Saudara-saudara,
Di mimbar yang mulia ini, saya, Susilo Bambang Yudhoyono, juga berjanji untuk membantu siapapun yang akan menjadi Presiden Republik Indonesia tahun 2014 ? 2019, jika hal itu dikehendaki.
Ini adalah kewajiban moral saya sebagai mantan Presiden nantinya, dan sebagai warga negara yang ingin terus berbakti kepada negaranya.
Melalui mimbar ini pula, saya mengucapkan selamat kepada Presiden terpilih yang nanti akan disahkan oleh Mahkamah Konsti-tusi. Tahun depan, Presiden kita yang baru akan memberikan pidato kenegaraannya di mimbar ini. Saya mengajak segenap bangsa Indo-nesia, marilah kita bersama-sama mendengarkannya, dan mendu-kung beliau untuk kebaikan dan kemajuan negeri ini.
Saya juga mempunyai mimpi dan harapan yang indah, yaitu terbangunnya budaya politik yang luhur dimana para pemimpin Indonesia saling bahu membahu, saling membantu, dan saling mengingatkan demi masa depan Indonesia. Saya yakin itulah yang didambakan oleh rakyat Indonesia, dan itulah yang harus kita berikan dengan ikhlas kepada mereka.
Saudara Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota DPR RI dan DPD RI yang saya hormati.
Hadirin sekalian yang saya muliakan,
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya kepada kita semua, dalam membangun bangsa dan negara kita, menjadi bangsa yang besar, maju, adil, sejahtera, dan bermartabat.
Dirgahayu Republik Indonesia!
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 15 Agustus 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PROF. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diskusi
Belum ada komentar.