Inilah daftar nama kandidat calon wakil gubernur DKI Jakarta pedamping Ahok, Basuki Tjahaja Purnama. Dalam waktu dekat, Joko Widodo (Jokowi) akan melepas jabatan sebagai gubernur DKI Jakarta, seiring dengan terpilihnya sebagai presiden untuk periode 2014-2019. Secara konstitusi, maka Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) yang sebelumnya menjabat sebagai wakil gubernur DKI, menggantikan posisi Jokowi sebagai orang nomor satu di DKI.
Ada beberapa nama yang disebut-sebut bakal menduduki posisi DKI 2, menggantikan Basuki, atau yang akrab disapa Ahok. Dua partai pengusung Jokowi-Basuki di Pilkada DKI 2012, yakni PDI-Perjuangan dan Gerindra memiliki hak untuk mengajukan dua nama Cawagub kepada DPRD DKI. Berikut adalah 5 kandidat bersaing dalam bursa DKI 2 itu seperti yang dirilis Kompas.com. Klik gambar di bawah untuk mengetahui penjelasannya.
Menurut Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Provinsi DKI Jakarta Muhammad Sanusi, setelah nanti Ahok dilantik jadi gubernur, maka PDIP dan Gerindra masing-masing akan memberikan nama sebagai calon wakil gubernur ke Ahok. Dua partai tersebut adalah pengusung pasangan Jokowi-Ahok dalam pilgub 2012 lalu. Jadi siapa yang bakal mendampingi Ahok dalam memimpin DKI Jakarta? Kita tunggu saja..
Boy Bernardi Sadikin
Putra sulung mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin ini merupakan calon kuat yang dijagokan oleh anggota DPRD DKI. Pada Pilkada DKI 2012 lalu, Boy merupakan ketua tim sukses pemenangan Jokowi-Basuki. Pada November 2013, dia dilantik menjadi Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta. Saat pelantikan, anggota Komisi D (pembangunan) DPRD DKI Jakarta itu menyatakan tekadnya untuk melancarkan program-program yang dijalankan pihak eksekutif.
Menurut dia, sejak Jokowi memimpin DKI, tak sedikit program pembangunan yang berkaitan langsung dengan warga ibu kota. Ia memberi contoh Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP), normalisasi waduk, revitalisasi pasar, penertiban pedagang kaki lima (PKL), dan lainnya. Beberapa hari setelah pelantikan menjadi Ketua DPD PDI-P DKI, atau tepatnya pada 27 November 2013, Boy dilantik menjadi Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Ia menggantikan posisi Sayogo Hendrosubroto yang telah memasuki usia pensiun.
Setelah Jokowi menjadi Presiden, Boy digadang-gadang yang akan mendampingi Basuki memimpin ibu kota. Dukungan pun datang dari teman-teman sejawatnya di DPRD DKI. Seperti Prasetyo Edi Marsudi, Ida Mahmudah, serta Dwi Rio Sambodo.
“Putra mendiang mantan Gubernur DKI ini merupakan orang paling berjasa terhadap Jokowi-Ahok saat Pilkada lalu. Pak Boy ini salah satu kader PDI-P terbaik di Jakarta,” kata Prasetyo. Tak beda jauh dengan Prasetyo, Ida Mahmudah juga menjamin fraksi PDI-P DPRD DKI telah sepakat mengusung Boy dalam bursa cawagub DKI. “Ya iyalah Pak Boy. Minimal untuk menjadi pejabat yang ada di Pemprov DKI itu ya yang mengetahui betul situasi di ?Jakarta,” kata Ida.
Djarot Saiful Hidayat
Nama Djarot sering diucapkan oleh Ahok, ketika ditanya soal calon wagub yang ideal. Menurut Ahok, politisi PDI-P itu telah berhasil menjadi seorang kepala daerah. Djarot merupakan Wali Kota Blitar selama dua periode, 2000-2010. Basuki memandang sosok Djarot merupakan sosok yang mampu mengelola daerah dengan baik. Saat memimpin kota Blitar, Djarot membatasi pembangunan mal dan gedung pencakar langit lainnya.
Dia memprioritaskan pedagang kaki lima (PKL) menjalankan roda perekonomian di Blitar. Bahkan, ia dianggap berhasil menata ribuan PKL di Kompleks Alun-Alun Blitar. Sejumlah penghargaan pun telah diraihnya karena kemampuan pengelolaan daerahnya. Seperti anugerah Adipura selama tiga tahun berturut-turut, penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah tahun 2008, dan lainnya.
Pria kelahiran 1955 itu juga unggul dalam survei calon Wagub DKI yang diselenggarakan Forum Akademisi IT (FAIT). Djarot dianggap berpengalaman dan berprestasi selama mengelola kota tempat proklamator Soekarno dimakamkan itu. “Kalau tipe kepala daerah, saya pilih Djarot,” kata Basuki.
Bambang Dwi Hartono
Selain Djarot, calon Wagub DKI lainnya yang diunggulkan Basuki adalah Bambang Dwi Hartono atau Bambang DH. Di mata Ahok, Bambang DH merupakan inisiator yang menjadikan Surabaya menjadi lebih modern dan hijau seperti sekarang ini, sementara Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, hanya meneruskan program-program Bambang.
Setelah menjabat sebagai Wali Kota Surabaya selama dua periode, pada 2002-2005 dan 2005-2010, Bambang, yang didampingi Said Abdullah maju ke Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2013. Namun pasangan itu kalah dari pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf. Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPD PDI-P Jawa Timur itu mengaku siap ditugas dimanapun dan kapanpun. “Terima kasih atas kepercayaan Pak Ahok (panggilan Basuki). Saya pengagum duet pimpinan DKI Jakarta, Jokowi-Ahok,” ujar Bambang DH.
Namun Bambang DH juga terjerat kasus korupsi. Bahkan Polda Jawa Timur telah menetapkan status tersangka pada Bambang atas kasus gratifikasi. Bambang terjerat kasus gratifikasi jasa pungut pajak daerah kepada DPRD Surabaya tahun 2007 senilai Rp 720 juta. Bambang dianggap bersalah karena memberikan persetujuan untuk memenuhi permintaan insentif pimpinan DPRD Kota Surabaya, Musyafak Rouf.
Mohamad Sanusi
Nama Mohamad Sanusi, yang juga Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI ini mencuat beberapa akhir belakangan ini. Namanya mencuat setelah Gerindra memastikan diri mengajukan calon Wagub DKI bersama PDI-Perjuangan, sebagai partai pengusung Jokowi-Basuki di Pilkada DKI 2012. Pria kelahiran 4 Juli 1970 itu merupakan adik kandung Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Mohamad Taufik. Selama dua periode, Sanusi telah terpilih menjadi anggota DPRD DKI, yakni pada 2009-2014 dan 2014-2019.
Kendati demikian, Sanusi mengaku enggan dicalonkan Gerindra menjadi Wagub DKI mendampingi Basuki. Ia lebih memilih menjalani perannya sebagai anggota dewan daripada menjadi orang nomor 2 di ibu kota. Menurut dia, mencuatnya nama Sanusi dalam bursa Wagub DKI, karena faktor kedekatannya dengan Ahok yang juga kader Partai Gerindra.
“Ahok ingin Wagubnya dia itu yang orangnya jujur dan pekerja keras, saya tidak termasuk dalam kriteria itu,” kata Sanusi. Ahok mengaku tidak terkejut dengan pernyataan Sanusi. Menurut dia, Sanusi tidak bisa “bermain” jika menjadi wagub. Namun Ahok tidak menjelaskan yang dia maksudkan dengan kata “bermain”.
Sarwo Handayani
Munculnya nama Sarwo Handayani agak mengejutkan publik, karena baru muncul di beberapa hari belakangan ini. Tiba-tiba saja, Ahok mengaku, mengidamkan sosok wanita yang akrab disapa Yani itu menjadi Wakil Gubernur DKI kelak. Sosok pekerja keras yang ada di dalam diri Yani merupakan nilai plus di mata Basuki. Yani yang kini menjabat sebagai Deputi Gubernur DKI bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup itu adalah seorang profesional.
Yani tidak bergabung dalam partai politik manapun. Yani telah puluhan tahun mengabdikan dirinya menjadi PNS DKI. Selama 20 tahun, Yani bekerja di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta. Yani juga menjadi satu-satunya perempuan yang pernah menjabat sebagai Kepala Bappeda DKI. Sebelumnya, Yani juga pernah menjabat sebagai Kepala Biro Sarana Perkotaan dan Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.
Basuki menganggap perempuan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu sebagai Kepala Bappeda yang berhasil mengelola alokasi anggaran DKI dengan baik. Menjadi Kepala Bappeda, menurut Ahok, harus menguasai seluruh bidang. Mulai dari pemerintahan, pembangun, serta kesejahteraan sosial. Saat perihal ini dikonfirmasi ke Yani, ia menganggap pernyataan Basuki hanya sekadar gurauan. “Sekarang saya masih di New Orleans. Setahu saya untuk menjadi Wagub itu orang parpol, bukan?” kata Yani singkat.
Diskusi
Belum ada komentar.