Apa sebenarnya maksud dari tema “Tuhan Membusuk” yang digunakan dalam ospek (orientasi mahasiswa baru) Fakultas Ushuludin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya, yang menuai kecaman? Panitia penyelenggara dari kalangan mahasiswa ini juga mengangkat subtema “Rekonstruksi Fundamentalisme Menuju Islam Kosmopolitan”.
Tema besar yang dipasang di spanduk ospek yang digelar pada 28-31 Agustus lalu itu menjadi perbincangan di media sosial Twitter dan Facebook. Publik mengomentari bahwa tema yang diusung merupakan pelecehan terhadap Tuhan. Publik juga menyayangkan karena itu terjadi di kampus yang justru berlabel agama Islam.
Panitia Ospek menjelaskan maksud di balik kalimat yang jadi kontroversi di social media tersebut. “Ini adalah “Tuhan’ dalam diri manusia yang tanpa sadar menimbulkan kemusyrikan, musyrik mutasyabihat,” papar Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas (Dema F) Ushuluddin dan Filsafat UIN SUnan Ampel, Rahmat, Selasa (2/9), seperti yang diberitakan Republika Online.
Ia tak mengelak, kalimat yang dipakai terlanjur menjadi kontroversi publik karena perbedaan perspektif dalam penafsiran. Padahal mahasiswa semester VII yang menjadi salah satu konseptor ini memilih kalimat tadi karena banyak yang mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan politik. Meskipun telah dibubuhi sub tema Konstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan yang sebenarnya memaparkan arti kalimat sebelumnya.
“Masalah ini sudah selesai. Kita telah menggelar evaluasi dengan dekan kampus. Tapi nggak apa-apalah ini juga sebagai klarifikasi soal tema tersebut,” katanya. Staf Dema F UIN Sunan Ampel lainnya, Hidayat menegaskan, bahwa Tuhan Membusuk yang dimaksud bukan Tuhan Sang Dzat Yang Esa. “Tuhan Membusuk adalah kebenaran-kebenaran yang lahir dalam diri manusia yang kemudian menjelma menjadi Sang Pengadil atas nama kebenaran dari manusia itu,” ujarnya berfilosofi.
Rektor UIN Surabaya Minta Maaf
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof Abdul A’la meminta maaf kepada semua pihak yang merasa terganggu dengan tema orientasi mahasiswa baru Fakultas Ushuludin dan Filsafat yang terkesan melecehkan nama Tuhan. “Dengan rasa hormat, kami meminta maaf kepada masyarakat umum dan semua pihak yang merasa terganggu dengan tema yang diangkat dalam orientasi mahasiswa baru kami,” katanya, Selasa (2/9/2014).
Setelah berdiskusi dengan pihak mahasiswa yang menentukan tema tersebut, pihaknya dapat menangkap maksudnya, yakni hanya mengkritik kelompok yang menggunakan nama Tuhan untuk hal-hal yang bertentangan dengan agama. Namun karena ungkapan mereka salah, maka dianggap meresahkan. “Tapi kami tetap meminta pihak dekanat untuk memproses sesuai aturan kampus yang berlaku,” tegasnya.
Penjelasan Dosen UIN Surabaya
Kepala Program Studi Filsafat Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Helmy Umam menilai, tema ospek “Tuhan Membusuk” yang diangkat mahasiswanya tidak dimaksudkan untuk menghina Tuhan.
Menurut Helmy, “Tuhan Membusuk” yang dimaksud adalah nilai ketuhanannya yang membusuk. Para mahasiswanya menilai, nama Tuhan selama ini selalu digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu untuk menghalalkan membunuh dan menghalalkan perang, serta kepentingan politik tertentu.
“Para mahasiswa bermaksud menolak penggunaan nama Tuhan dalam semua aksi kejahatan, tapi masyarakat salah menangkap dan menilai mahasiswa menistakan agama, padahal tidak ada maksud penistaan,” kata Umam, Selasa (2/9/2014). Tema tersebut murni ide dan inisiatif mahasiswa, tanpa dikomunikasikan dahulu dengan pihak kampus.
FPI: Mahasiswa Pembuat Tema Layak Dihukum Mati
Front Pembela Islam (FPI) menilai, ospek mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya yang mengangkat tema “Tuhan Membusuk” adalah tindakan yang menurut Islam tidak bisa dimaafkan. Bahkan dapat dikategorikan aksi yang lebih kejam daripada gerakan Islamic State of Irak and Syiria (ISIS).
Karena itu, kata Sekretaris Jenderal FPI Jatim, Khoiruddin menyatakan, sanksi bagi mahasiswa yang melakukan aksi itu tidak cukup hanya hukuman formal seperti penjara, namun lebih layak jika dihukum mati menurut ajaran Islam. “Jangan hanya dipenjara 3-5 tahun, tapi hukuman mati, mahasiswa UIN terlalu sering menggelar kegiatan yang kontroversi,” ungkapnya, Selasa (2/9/2014).
Kata dia, tema yang diangkat dalam orientasi mahasiswa baru yang digelar pada 28-31 Agustus itu telah melukai semua umat Islam, karena itu dia yakin, tidak hanya ormas FPI saja yang akan protes. “Semua ormas akan memprotes aksi mahasiswa yang kontroversi itu,” jelasnya. Tema yang diangkat mahasiswa itu, kata Fakhrudin, jelas telah melecehkan simbol ketuhanan yang dianggap sakral oleh umat Islam khususnya.
“Ini lebih ekstrem dari gerakan ISIS,” jelasnya. FPI Jatim, siang tadi melaporkan kasus itu ke Mapolda Jatim dengan dugaan penistaan agama. Khoiruddin juga mengaku masih berkonsultasi dengan polisi apakah bisa juga dijerat dengan undang-undang teknologi informasi, karena itu juga ramai dibicarakan di media sosial.
Mungkin penulisan kata-kata dalam spanduk “ Tuhan Membusuk “ itu terinspirasi pendapat Nietzsche di Eropa satu setengah abad yang lalu bahwa Tuhan Sudah Mati. Pendapat itu merupakan ekspresi yang benar dan jujur dari sebuah idiology, tetapi hal yang begitu adalah pemikiran sekularisme. Kata-kata Tuhan Membusuk juga suatu radikalisme pemikiran, tetapi yang tidak bijaksana. Sehingga telah membuat banyak kalangan yang kontra. Tetapi kata-kata itu sudah kadung beredar luas yang sulit menghapusnya. Oleh karenanya sebagai penghibur diri dan untuk introspeksi, kata-kata itu diterjemahkan bahwa bukan Tuhan yang membusuk, melainkan diantara kita ini telah membusukkan keberadaan Tuhan. Terhadap mahasiswa si pembuat kata-kata itu, hendaknya berani bertanggung jawab. Jangan sampai rektornya yang minta maaf segala. Wallahu a’lam.
Posted by hmjn wan | September 5, 2014, 6:51 pm