Ernawaty Basri (38), seorang wartawati koran Wawasan terbitan Semarang yang bertugas di Salatiga menjadi korban dan menderita trauma karena adanya akun profil palsu di Facebook (FB) yang menyatakan dirinya sebagai wanita panggilan dan pelacur.
Akun FB “Erna Erna” memang tidak memajang foto pribadinya. Namun alamat orangtua Erna di Semarang dan nomor telepon pribadi Erna ikut dicantumkan dan dijajakan di sejumlah group “wanita panggilan”.
“Sekitar bulan Mei, tepatnya 7 Mei 2014 malam lalu, aku banyak menerima telpon dari sejumlah laki-laki. Penelepon mengajak kencan,” kata Ernawaty. “Kerugian aku, jelas secara moril aku malu. Tiap malam aku ditelpon laki-laki yang mengajak kencan dengan bahasa jorok, itu membuat aku down dan emosi,” kata Erna kepada KOMPAS.com di Salatiga, Kamis (11/9/2014) sore.
Menurut wanita berambut panjang itu, sejak dirinya menyadari telah “dijual” oleh seseorang melalui akun FB palsu, setiap malam dirinya tidak pernah nyenyak tidur. Biasanya para pria pemburu wanita ini menghubungi nomor telepon genggamnya di atas pukul 22.00 WIB.
“Mereka menelponku diatas jam sepuluh malam sampai subuh. Mengira aku bisa dipesan. Pada awalnya berhari-hari aku menangis. Tapi karena aku jauh dari orantua, membuat aku harus kuat,” katanya. Saat ditanyakan kenapa tidak abaikan saja panggilan-panggilan yang tidak dikenal, atau mengganti nomor ponselnya dengan nomor yang baru. Erna beralasan, tuntutan profesi membuat dirinya mengabaikan saran itu.
“Sebagai seorang jurnalis aku tidak akan mematikan hp meski saat tidur, takut kalau ada kejadian. Apalagi nomor itu sudah dikenal narasumber sejak aku jadi wartawan,” ujarnya. Selain karena alasan profesionalitas, lanjut Erna, polisi juga memintanya untuk tidak mengganti nomor ponselnya sebagai bagian dari langkah untuk mengungkap siapa pelaku “penjual” dirinya di dunia maya.
“Penyidik sendiri menyarankan aku untuk jangan mematikan Hp, tidak mengganti no telpon atau menghapus SMS yang masuk. (Sebenarnya) semakin beban mental buat aku,” imbuhnya. Di bagian lain, Kepala Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Kombes Pol Djoko Purbohadijoyo mengatakan, pihaknya telah menempuh sejumlah upaya untuk menyelidiki pelaku yang yang membuat nama akun palsu Erna dengan mengumpulkan alat-alat bukti.
“Untuk mencari siapa yang menyebarkan dan meng-hack FB mbak Erna, kita sudah periksa saksi ahli, karena ini menyangkut FB yang admin-nya di luar negeri. Kesulitan kita memang untuk koordinasi dengan penyelenggara media sosialnya itu,” kata Joko.
Lantaran tak ingin nama baiknya dicemarkan, Ernawaty membawa kasus tersebut ke kepolisian. Saat ini penyidik Direktorat Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Jawa Tengah tengah menyelidiki kasus ini. Sebab, sejak akun FB palsunya beredar, ia merasa privasinya terganggu dan secara psikologis dia merasa dilecehkan.
Diduga Dibuat oleh Teman Dekatnya
Akun Facebook palsu Ernawaty, wartawati di Salatiga yang diprofilkan sebagai pekerja seks di dunia maya, diduga dibuat oleh orang dekatnya. Ernawaty mengatakan, sejak akun tersebut muncul Mei 2014 lalu, sedikitnya akun FB “erna erna” telah berganti nama empat kali.
“Yang pertama “erna erna”, kemudian berubah menjadi “naer naer”. Saat itu, kedua akun ini telah diketahui penyidik. Bahkan, penyidik meng-capture-nya langsung, termasuk obrolan pembuat FB palsu itu yang mencantumkan nomor teleponku ke komunitas ‘kimcil’ semarang,” ujar Ernawaty.
Kasus akun palsu tersebut telah dilaporkan ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Tengah pada 9 Mei 2014 lalu. Sejalan dengan perkembangan penyidikan kasus tersebut, akun palsu FB Erna berganti nama lagi. “Akun itu telah berubah lagi menjadi ‘anre naer anre’, kemudianoff setelah tahu aku serius lapor. Tapi, kemudian aktif lagi dengan akun baru ‘anre naer anre’ sejak setelah Lebaran kemarin. Offsebelum puasa,” ujar dia.
Ernawaty menyimpulkan, bergantinya nama akun palsu hingga empat kali menunjukkan pelaku mengetahui perkembangan kasusnya dalam penyelidikan pihak kepolisian. Ia meyakini pelaku adalah orang dekat atau orang yang pernah dekat dengannya. “Ini bukan orang lain, apalagi nomor telepon dan alamat rumah orangtuaku di Gombel (yang dicantumkan), hanya orang-orang tertentu yang tahu,” kata dia.
Ditemui terpisah, Kepala Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Tengah Kombes Pol Djoko Purbohadijoyo mengaku saat ini belum menemukan identitas pelalu pemalsu akun FB jurnalis Ernawaty.
Dalam hal kasus cyber crime, kata Joko, polisi tidak bisa bekerja hanya berdasarkan dugaan-dugaan, tetapi fakta dan bukti yang mengarah pada pelaku. “Kalau (misalnya) pelaku tidak ngaku tidak apa-apa. Tapi, kalau petunjuk maupun alat-alat bukti bergerak kepada dia, ya kita akan bergerak ke sana. Kalau cuma dugaan (tidak bisa), harus berdasarkan teknologi IT juga yang menggiring kepada siapa pelakunya,” kata Joko.
Diskusi
Belum ada komentar.