Kini beredar lagi video pengeroyokan yang dilakukan oleh anak-anak SD di Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah setelah aksi kekerasan yang terekam video di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Kabarnya video ini sudah terdapat di situs Youtube walau kekerasan dan wajah para pelaku disamarkan. Yang pasti video berdurasi 2 menit 29 detik itu sudah beredar dari ponsel ke ponsel di masyarakat. Tak ayal video tersebut membuat resah warga Temanggung dan sekitarnya. Lihat video di bawah ini.
Kompas.com sempat menyaksikan aksi brutal anak-anak SD yang diduga direkam menggunakan perangkat ponsel itu. Dalam video itu terekam jelas aksi kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah anak laki-laki berseragam cokelat khas Pramuka, yang tengah memukuli seorang anak laki-laki di sebuah ruang kelas.
Selain dipukuli kepalanya, korban yang diketahui berinisial JCS (10) itu juga dijambak rambutnya, ditendang dan diseret keluar kelas. Korban terlihat tidak berdaya, ia menjerit dan menangis. Bocah itu sempat hendak menyelamatkan diri keluar kelas, namun oleh para pelaku dikejar dan diseret kembali masuk ke kelas.
Berdasarkan informasi yang terhimpun, aksi brutal itu dilakukan oleh siswa-siswa SD Negeri Pringsurat 1 Temanggung, pada Maret 2014 lalu. Korban adalah siswa kelas IV SD setempat, warga Krajan, Pringsurat RT: 1 RW 2 Kabupaten Temanggung.
Sedangkan para pelaku pemukulan adalah teman sekelas korban dan sejumlah siswa kelas V. Ayah korban, WSY (35), membenarkan korban bullying dalam video tersebut adalah anaknya. Akibat aksi kekerasan itu, JCS mengalami luka memar di sejumlah bagian kepala, tangan dan kaki.
Selain itu, anak sulungnya itu menjadi trauma dan enggan ke sekolah. “Teman-teman JCS yang melapor ke saya kalau JCS sudah dikeroyok sama kakak-kakak kelasnya. Karena JCS sebelumnya hanya diam. Beberapa hari kemudian saya dapat video itu dari teman-teman JCS, sampai kemudian menyebar,” kata WSY, di Temanggung, Rabu (15/10/2014).
Kendati demikian, hingga kini belum ada keterangan dari pihak SD Negeri Pringsurat 1 Temanggung. Ketika Kompas.com mendatangi sekolah itu untuk meminta klarifikasi, sekolah yang terletak di Jalan Temanggung–Ambarawa itu terlihat sepi. Seluruh ruangan tertutup rapat.
Namun ada sebuah papan pengumunan yang bertuliskan bahwa pada hari Rabu, 15 Oktober 2014, seluruh guru SD Negeri Pringsurat 1 sedang mengikuti kegiatan MOPSI Tingkat Kabupaten Temanggung di SMP Negeri 1 Bangsari Parakan.
Cerita Murid SD Korban Pengeroyokan Teman Sekelas di Temanggung
Joan CH mengaku masih trauma mengingat kejadian buruk yang dialami di sekolahnya beberapa bulan silam. Bocah berusia 10 tahun warga Desa Krajan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung ini akhirnya pindah sekolah setelah mengalami kekerasan di Sekolah Dasar (SD) Pringsurat I.
Kekerasan yang dialami oleh Joan dilakukan oleh empat orang kakak kelasnya. Saat mengalami pemukulan dan pengeroyokan itu, Joan sedang mengikuti pelajaran di sekolahnya. Sementara, guru yang mengampu pelajaran di sekolahnya itu sedang keluar kelas. Ironisnya lagi, salah satu siswa merekam aksi pengeroyokan ini dengan kamera telepon seluler (ponsel).
“Tidak ada masalah apa-apa, tiba-tiba saya didatangi ramai-ramai dan dipukuli,” katanya saat ditemui Tribun Jogja (Tribunnews.com) di rumahnya, Rabu (15/10/2014). Joan mengaku tak ada masalah sedikitpun dengan empat orang kakak kelasnya itu. Namun, dia mengaku dua orang kakak kelasnya bernisial YCP dan D, sering membuat takut siswa di sekolahnya. “Teman-teman saya takut dipukuli oleh D,” katanya.
Akibat kekerasan itu, orang tua Joan bergeming. Ayahnya, Wasiyanto (35) lalu meminta penyelesaian kasus yang menimpa putra pertamanya itu di tingkat sekolah. Bahkan, komite sekolah, kepala SD I Pringsurat, orangtua YCP dan D sudah menandatangani kesepakatan di atas materai terkait penghentian kasus ini.
Namun, saat kenaikan kelas, Joan dinyatakan tidak naik kelas. Wasiyanto lalu memindahkan Joan ke sekolah lain, yakni di SD Kebumen 3, Pringsurat. Di sekolah baru itu, Wasiyanto berharap Joan bisa mendapat sekolah yang aman, nyaman dan kondusif untuk kegiatan belajarnya. “Saya senang sekarang temen-temennya banyak di sekolah baru,” imbuh Joan.
Diskusi
Belum ada komentar.