PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang merupakan perusahaan tambang milik Grup Bakrie memiliki utang dengan rincian jumlah yang cukup besar. Mereka memangb erniat mengurangi utang-utangnya dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini total utangnya US$ 3,731 miliar atau sekitar Rp 44,77 triliun (kurs Rp 12.000/dolar AS).
Dalam bahan paparan publiknya, seperti yang diberitakan detikFinance, Selasa (25/11/2014), BUMI masih punya 12 utang berbagai jenis ke beberapa pihak per September 2014. Berikut adalah rinciannya.
Total utangnya mencapai US$ 3,731 miliar atau sekitar Rp 44,77 triliun. Salah satu cara yang ditempuh BUMI untuk membayar utang adalah melalui penerbitan saham baru dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue.
- Guaranteed Convertible Bond I sebesar US$ 375 juta
- Country Forest Limited Facility 2009 sebesar US$ 1,037 miliar
- Guaranteed Senior Secured Notes sebesar US$ 300 juta
- Credit Suisse 2010 Facility – 2 (Amended & Restated) sebesar US$ 117,5 juta
- Guaranteed Senior Secured Notes II sebesar US$ 700 juta
- UBS AG Facility sebesar US$ 62,5 juta
- Axis Bank Limited Facility 2011 sebesar US$ 140 juta
- Deutsche Bank 2011 Facility sebesar US$ 54 juta
- China Development Bank Facility sebesar US$ 600 juta
- RBI Loan Facility sebesar US$ 80,69 juta
- Credit Suisse Facility -2014 sebesar US$ 114,31 juta
- Castleford Investment Holdings Ltd Facility 2013 sebesar US$ 150 juta
Dapat Rp 3,6 Triliun untuk Bayar Utang
Bumi Resources sudah melaksanakan penerbitan saham baru dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue dengan raupan dana Rp 3,6 triliun. Dipakai apa saja dananya?
Dana hasil rights issue ini kurang dari separuh target awal yaitu sebesar Rp 7,7 triliun. Jumlah saham yang diterbitkan juga jumlahnya menyusut jadi hanya 15,85 miliar lembar dari target sebelumnya 32,19 miliar lembar. Kebanyakan dana tersebut digunakan untuk bayar utang.
Sebanyak Rp 1,725 triliun dipakai untuk bayar sebagian utang China Investment Corporation (CIC) melalui Country Forest Limited (CFL). Sedangkan Rp 1,725 triliun lainnya dipakai melunasi seluruh utang ke Castleford Investment Limited Holdings Ltd.
Sementara sisa dananya Rp 161 miliar dipakai untuk modal kerja yang meliputi biaya operasional dan pembayaran bunga. Rencana tersebut sesuai dengan prospektus yang dulu diterbitkan perseroan. Gara-gara dana yang didapat lebih kecil dari target, maka banyak rencana yang masuk prospektus terpaksa dibatalkan.
Tunda Cari Emas di Gorontalo
BUMI berniat mencari emas dan tembaga di Gorontalo melalui cucu usahanya, PT Gorontalo Minerals. Sayangnya rencana ini batal karena dana yang diperlukan Rp 374,6 miliar gagal diraih. Rencana tersebut tidak berjalan mulus gara-gara tidak banyak pemegang saham yang menyerap saham baru. Alhasil dana hasil rights isssue hanya terkumpul Rp 3,6 triliun saja.
Akibatnya, sebagian besar dana yang diraih BUMI hanya bisa digunakan untuk melunasi sebagain utang saja. Sementara proyek perseroan untuk feasebility study konsesi tembaga dan emas di Gorontalo harus batal. Batalnya rencana feasebility study itu tercantum dalam bahan paparan publiknya seperti diberitakan laman detikFinance, Senin (24/11/2014).
Gorontalo Minerals adalah anak perusahaan yang 80% sahamnya dimiliki anak usaha BUMI, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Sedangkan 20% sisa sahamnya dimiliki perusahaan pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (Antam/ANTM).
Fokus kegiatan penambangan Gorontalo Minerals adalah tembaga dan emas di konsesi tambang seluas 36.070 hektar di Bone Bolango, Gorontalo, Sulawesi. Kegiatan eksplorasi yang akan dilakukan terletak di Sungai Mak dan Cabang Kiri.
Dari Rugi Rp 3,2 Triliun Bisa Untung Rp 1,5 Triliun
Bumi Resources beberapa tahun terakhir ini mencatat kinerja negatif akibat anjloknya harga jual batu bara. Paruh pertama tahun ini kinerja tambang Grup Bakrie ini mulai membaik. Emiten berkode BUMI itu mencatat laba sebesar US$ 130 juta atau sekitar Rp 1,5 triliun (kurs Rp 12.000/dolar AS) dibandingkan dengan periode yang saham tahun sebelumnya rugi US$ 269 juta (Rp 3,2 triliun).
Ada lonjakan sekitar 148% untuk kinerja BUMI di enam bulan pertama tahun ini. Padahal pendapatan Perseroan turun dari US$ 1,85 miliar menjadi hanya US$ 1,58 miliar di semester I-2014. Lonjakan tersebut karena penjualan sebagian saham anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal, kepada salah satu pemberi utang Perseroan, yaitu China Investment Corporation (CIC).
Dua Investor Asing Ubah Utang Rp 3,4 Triliun Jadi Saham
Perusahaan tambang Grup Bakrie itu sudah menerbitkan 15,85 miliar lembar saham baru, hanya setengah dari target awal 32,19 miliar lembar. Dua investor yang mengubah sahamnya adalah pertama, Long Haul Hoding Ltd sejumlah 6,9 miliar lembar saham melalui mekanisme debt to equity conversion dengan PT Karsa Daya Rekatama sebagai agen fasilitas.
Sementara kedua, Castleford Holding Ltd sejumlah 6,9 miliar lembar saham melalui mekanisme debt to equity conversion dengan PT Damar Reka Energi sebagai agen fasilitas. Sisa saham lainnya sebanyak 11.530.427 lembar diserap publik dan 2.042.090.000 lembar diserap PT Danatama Makmur sebagai pembeli siaga berdasarkan Akta Perjanjian Pembelian Siaga tanggal 19 Juni 2014.
Utang BUMI yang dikonversi menjadi saham itu masing-masing sebesar Rp 1,725 triliun sehingga totalnya Rp 3,45 triliun. Saat ini total saham beredar BUMI sebesar 36,63 miliar. Atas hasil konversi utang tersebut Long Haul dan Castleford masing-masing punya 18,8%.
Diskusi
Belum ada komentar.