Melalui akun Facebook-nya, Presiden Joko Widodo memposting tulisan soal kepemimpinan tirani pada Jumat (28/11/2014) malam. Jokowi menjelaskan perbedaan antara pemimpin tirani dan pemimpin yang dipercaya rakyat. Jokowi menyebutkan, ada perbedaan antara kepemimpinan yang dipercaya rakyat dengan kepemimpinan tirani.
Entah kepada siapa status itu ditujukan, namun status ini seperti membalas dari kultwit SBY yang menyindir soal pemimpin yang gemar pencitraan pada Jumat siang.
Dalam status yang diunggah di akun Jokowi sekitar pukul 21.00 WIB, Jokowi memulai tulisannya dengan menjelaskan basis kepemimpinan dalam demokrasi adalah kepercayaan. “Basis kepemimpinan dalam demokrasi adalah kepercayaan, dan kepercayaan itu dibangun di antaranya oleh rekam jejak, ketulusan hati dan kesungguhan dalam bekerja.”
Jokowi melanjutkan, “Beda antara kepemimpinan yang dipercaya dengan kepemimpinan tirani, kepemimpinan yang dipercaya diperoleh melalui kesadaran rakyat atas tujuan tujuan negara, sementara kepemimpinan tirani adalah membungkam kesadaran rakyat bisa itu dengan bayonet atau pencitraan tanpa kerja.”
Dan Jokowi menutupnya dengan kalimat “Dan dalam kepemimpinan saya hal paling penting adalah membangun kepercayaan rakyat dengan kesadaran penuh bahwa ada tujuan-tujuan besar negara ini menuju kemakmuran Indonesia Raya.”
Adapun, SBY, dalam postingan-nya menyatakan, pemimpin yang selalu dibenarkan perkataan dan tindakannya berpotensi menjadi diktator atau tiran.
“Petik pelajaran di dunia. Pemimpin yg selalu dibenarkan apapun perkataan & tindakannya, tak disadari bisa menjadi diktator atau tiran. *SBY*,” demikian tulis SBY. SBY mengatakan, setiap pemimpin pasti ingin berbuat yang terbaik. “Tidak ingin jadi diktator atau tiran dan kemudian harus jatuh seperti yang kerap terjadi,” ujarnya.
Penghormatan kepada pemimpin, menurut SBY, juga penting ditanamkan agar masyarakat bisa menyampaikan kritiknya dengan nyaman. Dalam pandangan SBY, kritik terhadap seorang pemimpin ibarat obat. “Jika dosis & cara meminumnya tepat, badan menjadi sehat. Mengkritik pemimpin haruslah beretika & patut. *SBY*,” kata SBY.
Terkait pencitraan di dunia politik, SBY menilai hal itu wajar dilakukan. Tetapi, ia menekankan, harus dilakukan dengan tepat. Mengkritik juga harus dilakukan dengan patut dan beretika. “Dalam politik, pencitraan itu biasa. Tapi, jika sangat berlebihan bisa menurunkan kepercayaan rakyat. Angkuh terbawa, tampan tertinggal”*SBY*,” tulis SBY. (Baca: Ini Kultwit SBY Soal Efek Negatif Pencitraan, Sindir Jokowi?)
Diskusi
Belum ada komentar.