
Inilah foto Zaenal M (21) yang merupakan pelaku tunggal pembunuhan Istanti (26), guru SD Kraton, Pekalongan, Jawa Tengah saat dinterogasi di Mapolres Pekalongan Kota, Jumat (12/12/2014). (Foto: detik.com)
Sambil menunduk dan tangan diborgol, Zaenal M (21) mengaku nekat membunuh Istanti (26), guru SD Kraton, karena masalah ekonomi. Pengakuan itu dikatakannya saat diinterogasi di Mapolres Pekalongan Kota, Jl Diponegoro. “Saya khilaf, butuh uang,” aku Zaenal.
“Untuk sementara, motifnya murni ekonomi,” kata Kapolres Pekalongan Kota AKBP Luthfie Sulistiawan di Mapolres Pekalongan Kota, Jumat (12/12/2014), seperti yang diberitakan detik.com. Bagaimana kronologi pembunuhan tersebut?
Pelaku dan korban merupakan teman satu kos. Begini pengakuan pelaku. Sabtu (6/12) lalu, Zaenal mendekati kamar korban. Saat itu, korban tengah menelepon. Lalu pelaku masuk dan langsung menjarah ponsel korban. Korban pun berteriak.
“Karena dia melawan, saya cekik dan saya tindih perutnya. Lalu saya tutup mukanya dengan bantal,” kata Zaenal di Mapolres Pekalongan Kota, Jl Diponegoro Pekalongan, Jumat (12/12/2014). Melihat korban lemas, pelaku buru-buru menggasak perhiasan, laptop, dan ponsel korban. Dia juga membawa kabur motor korban.
Pelaku baru seminggu satu kos dengan korban di Jalan Teuku Umar, Pasir Sari, Pekalongan Barat, tempat kos korban. Pria asal Kota Pekalongan ini mengaku tidak akur dengan orangtua sehingga terpaksa nge-kos. Karena memiliki cicilan motor, sebulan Rp 400 ribu, ia gelap mata.
Usai membunuh korban di kos, Sabtu (6/12), Zaenal menjarah harta korban berupa sepeda motor, perhiasan, laptop, dan ponsel. Kemudian ia menjual barang-barang itu ke penadah, mampir ke lokalisasi, hingga kabur ke Jakarta.
Zaenal pun diburu. Akhirnya jejaknya terendus di Lebak Bulus, Kamis (11/12). Semalam, ia ditangkap. “Ia melawan sehingga petugas bertindak tegas (menembak kaki kanan),” jelas Luthfie. (Baca: Pembunuh Guru Cantik di Pekalongan Ternyata Teman Satu Kos Korban)
Selain Zaenal, polisi juga menangkap 4 orang yang menerima barang korban berupa motor, perhiasan, laptop dan ponsel. Mereka adalah Yusuf (20), Toha (18), Heri, dan Iwan (29). “Keempat penadah diancam dengan pasal 448, hukumannya 4 tahun,” kata Lutfie.
Istanti, guru yang hamil tua dan hidup terpisah dengan suami, ditemukan tak bernyawa di kos, Jl Jalan Teuku Umar, Pasir Sari, Pekalongan Barat, Sabtu (6/12) malam. Keesokan harinya, usai autopsi, jenazah korban dibawa ke rumah duka di Desa Cindaka, Kebasen, Banyumas, untuk dimakamkan. Pemuda yang bekerja serabutan ini terancam hukuman 20 tahun.
Keluarga Korban Temui Pelaku di Sel

Keluarga Istanti yang datang dari Banyumas ke Pekalongan histeris saat bertemu pelaku, Zaenal (21) di sel Mapolres Pekalongan Kota, Jumat (12/12/2014). (Foto: detik.com)
Keluarga Istanti jauh-jauh datang dari Banyumas ke Pekalongan untuk memastikan keberadaan pelaku. Mereka histeris saat bertemu pelaku di sel. “Ayo mendekat sini. Dasar bajingan, beraninya sama wanita hamil,” ujar salah satu keluarga korban di Mapolres Pekalongan Kota, Jumat (12/12/2014).
Pelaku hanya diam menunduk. Sementara keluarga korban terus mengecam pelaku dengan histeris. Momen ini dijaga ketat petugas. Keluarga korban terdiri dari orangtua Istanti, suami Robby Satria (28), dan beberapa kerabat. Ibu korban pingsan dan langsung dipapah keluar. Tak lama kemudian, seluruh anggota keluarga diajak ke ruang Kasatreskrim AKP Bambang Purnomo.
“Kami berharap pelaku dihukum seberat-beratnya, karena telah membunuh dua nyawa sekaligus, istri dan calon anak saya,” ujar Robby Satria sembari sesenggukan tak kuasa menahan tangis mengingat istrinya.
Diskusi
Belum ada komentar.