Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani negara yang paling banyak berinvestasi di Indonesia adalah Singapura, Jepang, Malaysia, Belanda, dan Britania Raya. BKPM meraih realisasi investasi Rp 463,1 triliun pada 2014. “Sebanyak Rp 297,3 triliun disumbang dari penanam modal asing,” ujar Franky.
Franky mengatakan nilai partisipasi asing juga meningkat 13,5 persen dibanding tahun lalu. Singapura, ujar Franky, mendominasi dengan nilai investasi US$ 5,8 miliar atau 20,4 persen. Negeri Sakura berada di posisi kedua dengan angka 9,5 persen atau senilai US$ 2,7 miliar.
Malaysia dan Belanda berada di posisi ketiga dan keempat dengan nilai investasi US$ 1,8 miliar (6,2 persen) dan US$ 1,7 miliar (6,1 persen). Britania Raya dengan investasi US$ 1,6 miliar menempati posisi kelima.
“Untuk pertama kalinya sejak 2010, Amerika Serikat tidak masuk posisi lima besar,” kata Franky. Lemahnya perekonomian negara yang dipimpin Presiden Barack Obama pada tahun lalu menyebabkan turunnya investasi yang semula US$ 2 miliar menjadi US$ 1,3 miliar. Begitu juga Korea Selatan yang mengalami penurunan investasi kurang-lebih 50 persen dari US$ 2,2 miliar menjadi US$ 1,1 miliar.
Menurut Franky, penurunan investasi Korea Selatan terjadi lantaran beberapa proyek besarnya sudah selesai dikerjakan. “Dalam kuartal IV 2014, Tiongkok masuk lima besar karena sedang memulai banyak proyek di sektor semen,” katanya.
Alasan Investor Asing Tertarik Investasi di Indonesia
Indonesia selama ini menjadi negara yang memiliki daya tarik investasi tinggi bagi investor asing. Apa yang membuat investor asing tertarik berinvestasi di Indonesia? Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto menjelaskan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, tingkat konsumsi yang tinggi dan kondisi politik yang stabil adalah sejumlah faktor utama penarik investor.
“Tapi yang paling menarik buat mereka karena masyarakat kita menyukai semuanya (konsumtif). Masyarakat suka energi, suka makanan, suka gadget dan lain-lain. Ini yang musti dimanfaatkan dan digarap maksimal oleh pemerintah Indonesia,” tuturnya.
Namun sayangnya, Suryo menambahkan minat investor mendadak turun karena mengalami banyak kendala di Indonesia serta kurangnya perhatian pemerintah. “Kendala yang mereka hadapi ada banyak seperti infrastruktur jelek, sumber daya masih kurang, dan perizinan yang rumit,” tukasnya.
Dia mendesak agar pemerintah mau berubah dan lebih memperhatikan serta memberi kemudahan pada investor. “Pemerintah perlu berubah supaya mereka tidak kabur. Perlu ada daya tarik agar investor mau berinvestasi disuatu daerah. Misalnya pemerintah sediakan pembangkit listrik, sediakan pelabuhan, beri insentif,” cetusnya.
Selain itu, Suryo menyarankan pemerintah perlu “menjemput bola” dengan mendatangi korporasi-korporasi besar yang memiliki investasi besar dalam investasi global. “Kami apresiasi langkah pemerintah memberlakukan kebijakan perizinan satu pintu. Tapi pemerintah perlu memberikan kepastian hukum dan menghindarkan kriminalisasi bisnis,” pungkas dia.
Diskusi
Belum ada komentar.