//
Anda membaca...
Hukum dan Peristiwa

Hidup Miskin, Ayah dan Anak di Kendari Terpaksa Tinggal di Pohon

Irsan menuruni Rumah Pohon tempat tinggalnya untuk berangkat ke sekolah

Irsan menuruni Rumah Pohon tempat tinggalnya untuk berangkat ke sekolah. (Foto: Suara Kendari)

Irsan, seorang bocah berusia 9 tahun terpaksa tinggal di atas pohon bersama ayahnya Aras (39) karena hidup miskin dan tidak memiliki lahan untuk perumahan. Perjuangannya dalam menuntut ilmu patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, hampir satu jam Irsan berjalan kaki dari rumah pohonnya menuju sekolah.

Seperti diberitakan Okezone, bocah kelas enam SD di Watulondo, Puwatu, Kendari, Sulawesi Tenggara ini setiap hari sebelum ke sekolah harus mempersiapkan sendiri baju dan buku yang hendak dibawa. Tidak ada sarapan hangat di rumah pohonnya, sebagaimana anak-anak seusianya yang sarapan lezat di rumah berlapis tembok.

Usai berpakain, Isran bergegas turun dari rumah pohonnya menuju sekolah. Mirisnya, pakaian yang dikenakan Irsan bukan seragam putih merah, namun pakaian lusuh yang biasa digunakan untuk berkebun. Maklum, kondisi ekonomi yang memaksa ayah Irsan tak mampu membelikan seragam sekolah anaknya sehingga Irsan ke sekolah tanpa seragam merah putih.

Meski tidak berseragam, langkah kedua kaki Irsan menuntut ilmu tidak terkira. Jaraknya yang cukup jauh atau hampir satu jam harus ditempuh Irsan dengan berjalan kaki mengunakan sepatu bututnya dari rumah pohon menuju sekolah.

“Sekira 45 menit ke sekolah berjalan kaki dengan mendaki jalan yang tinggi dan terkadang sering terlambat sampai ke sekolah,” kata Irsan ketika ditemui di rumah pohonnya, Senin (9/3/2015).

Irsan mengaku, setelah pulang sekolah dirinya tidak dijemput ayah dan ia harus berjalan kaki kembali menuju rumah pohonnya. Setelah makan siang, Irsan bergegas membantu menaman sayuran bersama ayahnya yang menjadi buruh kebun pemilik lahan.

Ayu Lestari salah seorang guru Irsan mengatakan, pihak sekolah memaklumi apa yang dialami Irsan dan mengizinkan Irsan menuntut ilmu, kendati bocah yang tinggal di pohon bersama ayahnya itu tidak memiliki seragam sekolah merah putih. “Kemauanya luar biasa untuk bersekolah meski tidak punya seragam sekolah,” kata Ayu.

Bapak dan anak ini hidup dari hasil kerja di lahan milik orang lain yang ditanami sayuran. Sementara istri dan anak-anak lainnya tinggal di rumah orang tuanya.

Menurut Aras, ia tinggal di rumah pohon sebenarnya tidak pernah ia kehendaki, namun kemiskinan membuatnya tidak berdaya. Aras hanya tinggal bersama putra bungsunya di tempat ini yang masih duduk di kelas enam sekolah dasar.

Dia mengatakan, janji pemerintah Kota Kendari untuk memindahkan dan membangunkan rumah kepada mereka, belum juga terealisasikan hingga saat ini. Namun ia tetap sabar menunggu bantuan dari Pemkot Kendari tersebut.

Di Sulawesi Tenggara, terutama di i Dusun Pulonggida, Kendari , memang banyak warga yang bermukim di dusun terdalam Pulonggida itu membuat rumah tinggal di atas pohon. Selain karena tidak memiliki lahan untuk pemukiman, alasan lain adalah untuk menghindari gangguan binatang buas.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: