Pernyataan Ahok sebelumnya yang bernada menolak pembatasan penjualan bir di mini market mulai pertengahan April 2015 ini memang menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Anggota DPD RI dari DKI Jakarta, Fahira Idris sendiri mengkritik pernyataan Gubernur DKI tersebut lewat kicauan di Twitter.
Putri politisi senior Fahmi Idris ini menolak anggapan yang menyamakan adanya kemiripan antara Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew atau mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Menurut Fahira, Lee Kuan Yew dan Ali adalah dua tokoh yang keras, tetapi memiliki komunikasi politik yang santun dan tidak anti-terhadap kritik.
“Lee K Yew & Bang Ali adalah Pemimpin yg KERAS karakternya. Dan mereka BERHASIL membangun wilayahnya. Mereka berdua sekali lagi KERAS, tetapi TIDAK ANTI KRITIK & TIDAK MERASA PALING BENAR. Mereka berdua punya gaya Komunikasi Berpolitik yang SANTUN, tanpa harus menjadi orang yang Arogan Se-Jakarta,” tulis Fahira lewat akun Twitter-nya, @fahiraidris, Kamis (9/4/2015) malam.
Fahira menganggap sampai saat ini Ahok, sapaan Basuki, adalah tipe pemimpin yang anti-terhadap kritik dan tidak bisa menerima masukan dari orang lain. Menurut dia, sudah banyak tokoh yang mencoba menasihati dan mengkritik Ahok. Namun, yang terjadi, ujar Fahira, Ahok terlihat tidak terima terhadap kritikan dan masukan tersebut.
“Pak Jaya Suprana, Ibu Risma, Bang @IwanPiliang7 dll memberi kritik & masukan, tetapi beliau tidak terima. Ya Nasib,” ujar dia.
Fahira menilai, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak hanya berani dan antikorupsi, tetapi juga mau menerima kritik. Terlebih lagi, kata dia, Indonesia adalah sistem yang menganut sistem demokrasi.
“Masa hidup di Negara Demokrasi tapi tak tahan kritik?? Kalau tak TAHAN KRITIK, Silahkan jadi warga biasa Jakarta saja. Jangan Ambil Resiko Jadi Pemimpin Jakarta! BERAT,” ucap putri dari mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris itu.
Selain mengkritik perihal Ahok yang anti-kritik, Fahira juga mengkritisi Ahok yang dianggapnya terlalu sering menyalahkan bawahan apabila terjadi suatu masalah. Ia menganggap kebiasaan ini berbeda dengan kebiasaan yang ditunjukkan Ali Sadikin dan mantan Gubernur DKI lainnya, Sutiyoso.
“Bagi saya Sosok Bang Ali Sadikin dan Bang Yos adalah sosok yang TANGGUH dalam memimpin Jakarta. Mereka KERAS, tetapi punya KARAKTER dan BERANI ambil TANGGUNG JAWAB jika bawahannya berbuat salah. Bukan BUANG BADAN,” ucap Fahira.
Menurut Fahira, pada dasarnya, ia mengaku setuju dengan pernyataan koleganya di DPD RI, AM Fatwa, yang mengatakan bahwa Jakarta membutuhkan pemimpin yang agak gila. Namun, ia menganggap pemimpin agak gila yang dibutuhkan Jakarta adalah pemimpin yang berada di jalan yang waras.
2. Boleh2 sj sih Agak Gila, Asal Di Jalan yg WARAS! Sy gak Rela #Jakarta di pimpin seorang yg Agak Gila di Jalan yg Gila! @Selasarcom #Ahok
—
Fahira Fahmi Idris (@fahiraidris) April 09, 2015
Tanggapan Ahok
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama santai dalam menanggapi kecaman anggota DPD RI asal DKI Jakarta, Fahira Idris, di akun Twitter-nya. Fahira berkicau mengecam Basuki yang seolah-olah “menghalalkan” peredaran serta mengonsumsi minuman keras, terutama bir, di Jakarta.
“Ya, terima kasih kecamannya. Semacam vitamin saja, makin sehat nih Ahok (Basuki),” kata Basuki di Balai Kota, Jumat (10/4/2015).
Basuki mengatakan, mengonsumsi bir tidak menyebabkan mabuk dan kematian pada seseorang. Pasalnya, kadar alkohol yang terkandung dalam bir hanya sekitar 5 persen. Sementara itu, minuman yang kadar alkoholnya tinggi ialah seperti Red Wine dan lain-lain.
Menurut Basuki, minuman keras yang menyebabkan kematian adalah minuman keras yang sudah dicampur spirtus, air kelapa, dan lainnya. Lagi pula, DKI juga telah membatasi perdagangan minuman keras di minimarket. DKI juga akan mengikuti instruksi Menteri Perdagangan Rachmat Gobel untuk tidak menjual minuman keras di minimarket.
Basuki menegaskan tetap pada pendiriannya untuk tidak akan melepas saham BUMD pemegang lisensi produksi dan distribusi beberapa merek bir internasional, PT Delta Djakarta Tbk. Ia justru mempertanyakan pihak-pihak yang baru meributkan kepemilikan saham DKI di perusahaan ini saat Basuki menjabat sebagai gubernur.
“(DKI sudah punya saham di Delta) sejak tahun 1970, itu Gubernurnya masih Pak Tjokro (Tjokropranolo). Jadi, saham itu sejak tahun 1970 dan saya di sini baru tiga tahun, lalu kenapa Ahok jadi Gubernur DKI, Anda baru ribut-ribut? Kalau bilang (bir) itu haram, orang yang tidak bisa buktikan hartanya dari mana, tidak bayar pajak, juga haram hukumnya,” kata Basuki.
Diskusi
Belum ada komentar.