Seperti narkoba jenis lainnya, kecanduan CC4 bisa diatasi dengan detoksifikasi hingga bekam. Tak ada obat herbal untuk kecanduan CC4 karena narkoba ini adalah sintetis alias buatan.
“Allah sudah menciptakan ada zat itu biasanya penawarnya. Contoh makan durian, minum air putih di kulitnya adalah penawarnya biar nggak mabuk. Kalau makan jengkol, merebus jangan telanjang, sama kulitnya karena penawarnya di situ. Kalau zat-zat dari alam semuanya ada (penawarnya). Kalau zat sintetis tidak ada,” tutur ahli kimia farmasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Kombes Mufti Djusnir seperti diberitakan detikcom, Jumat (10/4/2015) malam.
CC4, termasuk zat sintetis yang tak tersedia di alam. Nama kimia CC4 adalah 1,2 – bisN-cytisinylethane. Para peneliti sering menyebutnya sebagai Cyt (dibaca: sit). Secara kimia, struktur molekul CC4 adalah senyawa aromatik.
Senyawa aromatik adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki ikatan tunggal dan ikatan rangkap di antara atom-atom karbonnya yang memiliki konfigurasi 6 atom karbon dengan bentuk heksagonal (segi enam). Selain hidrokarbon (CH) aromatik, CC4 juga memiliki unsur Nitrogen (N) dan Oksigen (O).
“CC4 ini tidak ada dalam bentuk alam, semuanya sintetis. Untuk membuatnya harus disintesa di laboratorium. Bisa dibuat dari tanaman yang mengandung nikotin, namun harus dipecah lagi, ditambah zat tertentu dengan volume yang terukur yang salah sedikit tak bisa jadi,” imbuhnya.
Sehingga, bila seseorang kecanduan zat ini, maka caranya adalah mengeluarkan racun itu dari dalam tubuh. “Kalau zat sintetis tidak ada penawarnya, akhirnya mengendap dalam tubuh menjadi racun. CC4 ada caranya. Contoh bila ada orang minum Baygon dikasih susu supaya muntah. Kemudian didetoks, pelan-pelan dicuci kolon (usus besar)nya,” imbuh Kepala BNN Provinsi NTB ini.
Kemudian, darahnya dibersihkan. Bukan berarti pecandu itu cuci darah seperti halnya yang dilakukan penderita gagal ginjal, melainkan bisa diterapi bekam. “Saya percaya dengan mengamalkan terapi kesehatan Rasulullah, bekam bisa. Zat yang nggak bisa dipakai oleh tubuh kalau nggak dikeluarkan, dia akan didaur ulang kembali,” tuturnya.
Sementara itu, dr Aisah Dahlan, pendiri Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, seperti diberitakan Detikcom pada Senin (12/1/2015), beberapa metode yang digunakan untuk detoksifikasi orang kecanduan narkoba pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Terapi simtomatis
Sesuai namanya, terapi ini menggunakan obat-obatan yang diberikan sesuai simtom atau gejala yang muncul. Pada masing-masing pecandu, gejala yang muncul saat mengalami putus obat alias sakaw bisa berbeda-beda.
“Waktu racun-racun itu keluar, rasanya sakit. Gejala sakit itulah yang disebut gejala putus zat. Obat kita berikan untuk membantu mengurangi gejala, supaya dia agak nyaman sedikit,” kata dr Aisah.
2. Terapi substitusi
Ada beberapa jenis narkotika yang memang legal, namun hanya bisa digunakan atas resep dan petunjuk dokter. Narkotika yang legal ini sering diberikan secara terkontrol, sebagai substitusi atau pengganti dalam proses detoksifikasi.
“Misalnya kecanduan heroin, kita beri zat lain yang jenisnya sama dalam golongan narkotika, tapi di bawahnya,” kata dr Aisah.
3. Rapid detoks opiat
Ada pula metode detoksifikasi narkoba yang menggunakan obat khusus untuk mengeluarkan racun. Metode ini digunakan hanya untuk kecanduan narkotika golongan opiat, misalnya heroin. Obat yang digunakan adalah anti opiat.
“Lebih cepat, cuma butuh 8-12 jam. Tapi mahal dan sakitnya lebih sakit dari biasa. Biasanya dibius dan ditidurkan,” kata dr Aisah.
4. Cold Turkey
Metode lain yang digunakan adalah Cold Turkey, yang secara harfiah bisa diartikan Kalkun Pilek. Dinamakan demikian karena dalam praktiknya, metode ini membiarkan pecandu pasang badan untuk merasakan sakitnya sakaw. Begitu memprihatinkan kondisinya, sehingga diibaratkan seperti ayam kalkun sedang pilek.
“Efektif karena jadi nggak manja pasiennya. Jeleknya, lebih banyak yang nggak tahan memakai cara ini,” kata dr Aisah.
Diskusi
Belum ada komentar.