//
Anda membaca...
Hukum dan Peristiwa

Usai Gempa Nepal, Daerah di Indonesia Ini Diprediksi Akan Terjadi Gempa Besar

Tubrukan Lempeng Eurasia dan India Australia menyebabkan gempa di Nepal

Tubrukan Lempeng Eurasia dan India Australia menyebabkan gempa di Nepal. (Grafis: geologyclass.org)

Seperti diketahui, gempa Nepal sebesar 7,9 Skala Richter (SR) yang terjadi pada Sabtu (25/4) lalu mengakibatkan korban jiwa lebih dari sekitar 7.000 orang. Bencana alam ini dikatakan karena terjadinya tubrukan Lempeng Eurasia dan kerak India- Australia dimana sekitar 225 juta tahun yang lalu kedua lempeng ini mendorong pembentukan gunung Himalaya dan dataran Tibet

Nah, ternyata gempa ini bisa berdampak negatif di Indonesia. Menurut mantan Presiden Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Rovicky Dwi Putrohari, seperti yang dilansir dari detikcom, gempa Nepal bisa memicu gempa di Indonesia. Prakiraan gempa besar megathrust perlu diwaspadai di 2 lokasi di Indonesia ini.

Tubrukan Lempeng di (a) Palung Jawa, (b) Palung Jepang, (c) Nepal

Tubrukan Lempeng di (a) Palung Jawa, (b) Palung Jepang, (c) Nepal. (Gambar: dongenggeologi.com)

“Zona tumbukan (lempeng tektonik) yang ada di Nepal itu menerus hingga zona subduksi (tumbukan) di selatan barat Sumatera hingga selatan Jawa. Jalur tumbukannya itu menyatu. Jadi kalau di sana kena (gempa), di sini (Indonesia) suatu saat bisa terjadi,” jelas Rovicky saat berbincang dengan detikcom, Senin (4/5/2015) dan memuat analisisnya ini di situs dongenggeologi.com.

Gempa Nepal terjadi di zona subduksi atau tumbukan lempeng tektonik Indo-Australia dan lempeng tektonik Eurasia. Zona tumbukan inilah yang sejalur sampai ke barat atau selatan Sumatera hingga selatan Jawa di Indonesia.

Peta yang menunjukkan lempeng tumbukan gempa Nepal dan Indonesia sejalur

Peta yang menunjukkan lempeng tumbukan gempa Nepal dan Indonesia sejalur. (dongenggeologi.com)

“Malah, kemungkinan di Nepal dipicu gempa di Sumatera yang dulu. Di selatan Sumatera bergerak dulu, bisa jadi yang memicu gempa di Nepal. Ini masih dugaan karena biasanya beberapa tahun berikutnya baru diketahui. Satu gempa bisa saling memicu atau terpicu dengan gempa lain,” jelas lulusan S1 jurusan Geologi Fakultas Teknik UGM dan S2 jurusan Geofisika MIPA UI ini.

Rovicky mencontohkan seperti gempa di Aceh. Beberapa waktu kemudian, timbul gempa di Nias dan disusul gempa di Padang. “Saat itu gempa Aceh memicu gempa ke sebelah selatan. Jadi rentetannya begitu. Dan ke sebelah utara belum, jadi diduga pelepasan ke utaranya ya ke Nepal itu,” imbuhnya.

Yang perlu dikhawatirkan, menurut Rovicky, adalah wilayah seismic gap atau kawasan sepi gempa di sebelah barat lepas pantai Pangandaran dan sebelah barat lepas pantai Sumatera.

Di sebelah barat lepas pantai Pangandaran, imbuhnya, selama ini ada seismic gap atau wilayah yang sepi gempa yang perlu diwaspadai pelepasan energinya bisa berpotensi mencapai di atas 8 SR. Apa yang dinamakan megathrust, imbuhnya, adalah di wilayah sepi gempa itu.

Wilayah seismic gap di sebelah barat lepas pantai Pangandaran

Wilayah seismic gap di sebelah barat lepas pantai Pangandaran. (dongenggeologi.com)

“Di selatan Sunda di situ, zona subduksi belum bergerak. Suatu saat pasti akan bergerak. Kalau lihat potensi gempanya sih di atas 8. Tetapi bisa juga dilepaskan skala 6 (SR) 10 kali, juga bisa. Ini dikhawatirkan tidak terjadi di laut, melainkan di darat terpicu juga,” papar Dewan Penasihat IAGI ini.

Satu lagi titik yang perlu diwaspadai adalah di lepas pantai barat Sumatera. Sebelumnya, para geolog dan pakar gempa memprediksi akan terjadi gempa besar di wilayah Siberut, Mentawai. “Di Sumatera di sebelah barat kota Padang. Waspada untuk tsunami, ada daerah belum bergerak, sepi dari gempa, selama ini dikhawatirkan menumpuk kekuatannya hingga suatu saat terlepas semua kekuatannya. Itu juga berpotensi di atas 8 (SR),” imbuhnya.

Namun, ilmu kegempaan hingga kini hanya bisa memperkirakan wilayah terjadinya gempa, bukan waktunya. Sehingga kapan gempa itu akan muncul, tidak bisa diketahui.

“Bisa diketahui akan gempa di daerah sekitar itu, namun kapan terjadinya nggak bisa. Namun yang jelas di Nepal itu periodesasi gempa lebih lama, 75-80 tahun sekali. Sedangkan di selatan Jawa lebih sering, seperti yang saya gambarkan itu,” jelas dia.

Namun, prediksi terjadinya gempa di wilayah ini bukan untuk menakuti, melainkan untuk membuat lebih waspada. Warga di kawasan selatan Jawa dan pantai barat Sumatera yang dikhawatirkan terjadi gempa harus lebih ekstra diberikan pendidikan pencegahan (mitigasi bencana) atau berlatih menghadapi gempa yang bisa datang sewaktu-waktu.

Gempa dengan pusat gempa di laut bisa menimbulkan kerusakan akibat tsunami, apalagi bila kedalaman pusat gempa dangkal. Sedangkan gempa di darat menimbulkan kerusakan dari goyangan gempa itu sendiri. “Harus lebih waspada ketimbang di Nepal,” jelasnya.

Walaupun pergerakan lempeng tersebut dapat menyebabkan bencana gempa yang dahsyat namun mempunyai peranan penting dalam terbentuknya jalur-jalur mineralisasi dan hidrokarbon di wilayah Barat Indonesia, seperti cekungan-cekungan minyak bumi, mineralisasi emas, timah dan lainnya.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: