//
Anda membaca...
Hukum dan Peristiwa

Inilah Sarah Widyanti Kusuma, Pilot Wanita Termuda di Indonesia

Sarah Widyanti Kusuma, pilot wanita termuda di Indonesia saat ini

Sarah Widyanti Kusuma, pilot wanita termuda di Indonesia saat ini. (Foto: Facebook)

Sarah Widyanti Kusuma (27) kini menjadi pilot wanita termuda di Indonesia saat ini dan bekerja di maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Meskipun awalnya bercita-cita menjadi astronot , jalan hidup mengarahkannya untuk merintis karier sebagai pilot.

Saat ini, Sarah yang pernah menjadi kontestan Indonesian Idol dan menjadi SPG telah mengantongi 4.000 jam terbang. Wanita cantik kelahiran 3 Maret 1988 ini juga pernah tampil di berbagai acara talkshow di TV seperti Hitam Putih dan Bukan Empat Mata di Trans 7 untuk menceritakan pengalamannya sebagai pilot.

Sarah menjadi satu dari 135 pilot perempuan di Indonesia yang minimal memiliki lisensi pilot privat atau PPL (Private Pilot License). Memang jumlah pilot wanita di Indonesia masih sangat sedikit walaupun jumlahnya naik di atas 100 persen dibandingkan 5 tahun yang lalu seiring makin menjamurnya sekolah pilot di Indonesia. Hampir semua sekolah pilot pasti ada siswa perempuan, seperti yang disebutkan Indonesia Women Pilot, yang dibentuk 21 April 2014.

Sarah mengikuti pendidikan pilot di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Jawa Barat, pada tahun 2005 melalui jalur beasiswa. Menurut Sarah, keputusannya memiliki jadi seorang pilot terjadi saat dirinya masih duduk di bangku kelas 3 SMU.

“Profesi ini buat saya masih jarang untuk wanita. Wanita masih jadi minoritas, makanya saya tertarik. Profesi ini menuntut kita untuk disiplin, selain itu saya juga suka travelling,” ujar Sarah di sela-sela acara Barbie Princess Power di Skenoo Hall Gandaria City, Rabu (6/5/2015), dilansir dari Kompas.com.

Ia lalu menjalani rangkaian tes, termasuk tes bakat, yang membawanya terbang untuk pertama kali. Pada ketinggian 3.000 kaki, instruktur tiba-tiba mematikan mesin dan sesaat membiarkan pesawat latih itu jatuh bebas. ”Baru nerbangin pesawat pertama kali sudah dibawa jatuh,” ujarnya. Sarah lolos ujian mental itu dan kemudian menjalani pendidikan gratis sebagai calon pilot selama dua tahun dua bulan.

Sarah Widyanti menerbangkan pesawat Boeing pada usia 21 tahun

Sarah Widyanti menerbangkan pesawat Boeing pada usia 21 tahun. (Facebook)

Bersekolah di STPI Curug yang berbasis semi militer membuat Sarah harus membiasakan diri menjalani latihan fisik. Hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi Sarah. Pasalnya, dari satu angkatan dia merupakan satu-satunya siswi dari 34 siswa. Oleh sebab itu, dia pun seringkali harus mengesampingkan sisi femininnya.

Begitu lulus pada Februari 2009, Sarah menerbangkan pesawat komersil untuk kali pertama pada tahun 2010 silam pada usia 21 tahun. Dia mengenang, kala itu pesawat yang diterbangkannya adalah Boeing 737-300 seri classic, kemudian dia mulai menerbangkan Boeing seri Next Generation dan Airbus. Saat menerbangkan pesawat, Sarah mengaku dirinya merasa mengemban tanggung jawab yang begitu berat.

Sarah Widyanti saat menerbangkan pesawat Garuda Indonesia

Sarah Widyanti saat menerbangkan pesawat Garuda Indonesia. (Instagram)

“Saya merasa bertanggung jawab atas ratusan nyawa. Saya bangga. Kalau sekarang saya merasa lebih enak membawa pesawat sendiri daripada menjadi penumpang karena saya tahu persis kondisinya,” jelas Sarah.

Satu hal yang tak pernah dilupakannya adalah ketika kapten pesawat pura-pura meninggal dunia dan untuk pertama kalinya ia menerbangkan pesawat tanpa panduan. ”Rasanya benar-benar harus bertanggung jawab sama penumpang. Ternyata saya bisa menerbangkan pesawat sendiri,” tambahnya.

Bagi Sarah, menerbangkan pesawat itu semudah menyetir mobil manual. Hanya saja, panel atau tombolnya lebih banyak. ”Peran kita terutama ketika take off dan landing. Selebihnya autopilot dan diarahkan oleh air traffic controllers. Remnya, gasnya, sama kayak bawa mobil,” kata Sarah

Lalu, adakah pengalaman terburuk yang pernah dialami Sarah saat menerbangkan pesawat? Sarah menjawab, tentu saja ada. Menurutnya, pengalaman saat harus mendarat di cuaca buruk adalah pengalaman yang tak akan dilupakannya. Sebab, dia tidak bisa melihat apapun di landasan karena tertutup hujan lebat.

“Pengalaman saat itu mendarat di Yogyakarta dengan landasan yang jelek dan kondisi hujan dan badai. Radar cuaca di atas sudah mengindikasikan cuaca buruk. Selain itu, landasan di Yogyakarta kecil dan minim fasilitas. Saat itu malam hari,” kenang wanita yang menghabiskan masa kecil di Biak, Papua.

Sarah Widyanti bersama sang suami yang juga seorang pilot

Sarah Widyanti bersama sang suami yang juga seorang pilot. (Foto: Instagram)

Sarah mengaku dirinya kini sedang mengejar cita-cita menjadi seorang kapten pilot dengan mengikuti pendidikan khusus. Menurut Sarah, menjadi seorang kapten pilot adalah impian terbesarnya sebagai seorang penerbang.

“Saya sekarang lagi sekolah program untuk menjadi kapten. Soalnya goal-nya seorang pilot adalah menjadi kapten. Saya ingin menjadi instruktur untuk menyalurkan ilmu yang saya punya,” tegasnya.

Menurut Sarah, rasio pilot wanita di Indonesia adalah 1 banding 200. Di Garuda Indonesia, terdapat 14 orang pilot wanita dibandingkan sekitar 2.000 hingga 3.000 orang pilot pria.

“Awalnya sulit berada di lingkungan yang banyak pria karena sejak sekolah dan di keluarga saya, lingkungan didominasi wanita. Namun, kita semua bisa karena kebiasaan. Justru karakter-karakter maskulinnya lama-lama jadi menempel,” ujar Sarah.

Sarah Widyanti Kusuma (kanan) berpose dengan keluarga

Sarah Widyanti Kusuma (kanan) berpose dengan keluarga. (Facebook)

Sarah menjelaskan, kesulitan lain yang dihadapi wanita dimana berprofesi sebagai pilot adalah terkadang sulit untuk menempatkan posisi untuk menjadi kuat dan tegar. Sebab, dalam kesehariannya mereka lebih banyak berinteraksi dan bekerjasama dengan pria yang cenderung keras, tegas, dan jarang menggunakan emosi.

“Wanita itu kadang kalau ambil keputusan terlalu banyak berpikir, di dunia penerbangan tidak ada seperti itu. Kita kerja berdasarkan ilmu dan buku yang tidak bisa dinegosiasikan,” imbuh Sarah.

Lalu, apakah Sarah sering diremehkan lantaran dirinya adalah seorang pilot wanita? Sarah tidak memungkiri, seringkali ia diremehkan baik oleh sesama pilot atau bahkan oleh para pramugari. Menurut mereka, pilot wanita seringkali dianggap tidak mampu mendaratkan pesawat dengan mulus.

“Awal-awal memang ada yang meremehkan. Saya tidak mau diremehkan, saya harus membuat mereka yakin sama saya. Saya berusaha menunjukkan kemampuan saya pada mereka. Banyak rumor beredar kalau pendaratan pesawat yang dilakukan wanita, tidak sebagus pilot laki-laki. Pemikiran tersebut pun berhasil ditepis, dan saya membuktikan kalau pilot wanita bisa mendaratkan pesawat lebih halus,” ujar Sarah.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: