Kini polemik kota kelahiran Ir Soekarno, Presiden pertama Indonesia bergulir di tengah masyarakat usai Jokowi menyebut Blitar pada saat berpidato di peringatan Hari Pancasila, di Alun-alun Kota Blitar, Jawa Timur, Senin (1/6/2015) lalu.
“Setiap kali saya berada di Blitar, kota kelahiran Proklamator kita, Bapak Bangsa kita, Bung Karno, hati saya selalu bergetar,” ujar Jokowi.. Acara ini dihadiri Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, Ketua MPR Zulkifli Hasan, mantan Wapres Boediono dan pejabat lokal.
Pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut Blitar sebagai tempat kelahiran Sukarno ramai diperbincangkan di media sosial bahkan sebagian besar mem-bully Jokowi di Twitter. Maklum, mayoritas sumber dan literatur yang ada menyebutkan Bung Karno lahir di Surabaya.
Dilansir dari Detikcom, pada Juni 2011, sebuah prasasti sebagai penanda tempat kelahiran Sukarno dipasang di Jalan Pandean IV Nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur. Rumah itu pun sempat ramai dikunjungi oleh masyarakat yang ingin melihat tempat kelahiran Bung Karno.
Sebelumnya pada 2010 Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono juga menyebut bahwa Sukarno lahir di kota pahlawan itu. Dia pun ingin menjadikan Surabaya menjadi kota Sukarno, seperti Washington DC yang identik dengan George Washington.
Ada dua versi soal tempat kelahiran Bung Karno. Di mana sebenarnya sang proklamator lahir? Kepada Cindy Adams, Bung Karno pernah menceritakan proses kelahirananya. Cerita itu kemudian diterbitkan dalam buku, Soekarno Penjambung Lidah Rakjat. (Download bukunya dalam versi PDF di sini)
Dalam buku tersebut Sukarno mengaku dilahirkan di sebuah desa yang tak jauh dari Gunung Kelud. Satu pertanda besar yang tak pernah dilupakan Sukarno adalah, dia lahir bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud. Jarak gunung tersebut hanya puluhan kilometer dari kediaman Sukarno kecil.
“Bersamaan dengan kelahiranku menyingsinglah fajar dari suatu hari yang baru dan menyingsing pulalah fajar dari satu abad yang baru. Karena aku dilahirkan ditahun 1901,” kata Sukarno dalam buku, ‘Sukarno Penjambung Lidah Rakjat’.
Dalam buku tersebut Bung Karno tidak secara jelas menyebut tempat kelahirannya. Dia hanya menyebut tempat kelahirannya tidak jauh dari Gunung Kelud. Kelahirannya yang bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud memunculkan banyak tafsir di kalangan masyarakat waktu itu.
Orang yang percaya tahayul kemudian menyebut bahwa, meletusnya Gunung Kelud adalah penyambutan alam atas bayi Sukarno. Sementara orang Bali mempunyai kepercayaan lain, yakni meletusnya sebuah gunung pertanda bahwa rakyat telah melakukan maksiat. Sehingga menurut Sukarno, Gunung Kelud sebenarnya tidak menyambut kelahirannya.
“Raksasa Gunung Kelud, gunung berapi di Blitar, mencari saat itu untuk menunjukkan kemurkaan dari Dewa-dewa,” kata Sukarno.
Pada tahun 1901, Gunung Kelud tercatat dalam sejarah, meletus pada tengah malam, selama dua hari 22 dan 23 Mei. Sehingga banyak orang menafsirkan Soekarno lahir di Blitar.
Ketika itu, letusan Gunung Kelud terdengar hingga wilayah Pekalongan, Jawa Tengah. Abu-nya sampai ke wilayah Sukabumi dan Bogor, Jawa Tengah. Tidak dapat dipastikan berapa korban yang meninggal ketika itu, namun dipastikan cukup banyak.
Jadi dimanakah Soekarno lahir? Surabaya atau Blitar?
Diskusi
Belum ada komentar.