Keterangan tersangka pembunuh Engeline (8), Agus atau Agustinus Tae memang selalu berubah-ubah. Polisi pun kesulitan untuk memaksimalkan penyelidikan untuk mengungkapkan adanya pesekongkolan pembunuhan atau hanya Agus pelaku tunggal.
Agus awalnya mengungkapkan Margrietlah yang memerintahkannya untuk menghabisi bocah cantik itu. Kata Agus, Margriet mengiming-iminginya uang Rp 2 miliar. Tidak lama kemudian, pernyataan tersebut dicabut Agus. Ia berdalih bohong dan cuma main-main saja.
Mulai dari menggunakan alat pendeteksi kebohongan hingga mendatangkan ahli yang dapat membaca gestur para tersangka melalui psiko-antropologi, berikut 3 cara polisi mengungkap kebenaran:
1. Gandeng Ahli Psiko-Antropologi
Polisi menggunakan ahli psiko-antropologi dari UI Prof Ronny Nitibasakara dalam mengungkap kasus pembunuhan Angeline. Ahli ini akan mendeteksi apakah keterangan-keterangan yang diberikan Agus ini benar atau tidak.
Prof Ronny akan diterbangkan ke Bali Kamis 18 Juni 2015. Keterangan tersangka Agus yang berubah-ubah itu nantinya bisa dilihat ahli psiko-antropologi, apakah jujur atau tidak.
“Kejujuran itu dideteksi melalui psiko-antropologi yang bisa meyakinkan penuidik. Karena keterangan tersangka ini kan sering berubah-ubah. Nah ini memerlukan satu keterangan ahli untuk bisa mengatakan, mana keterangan yang betul atau semuanya salah atau mungkin ada benarnya sehingga dari situ kita dalami lagi kemungkinan pelaku lain atau memang pelakunya dia sendiri,” kata Kapolri Badrodin Haiti di STIK-PTIK, Jl Tirtayasa, Jakarta, Rabu (17/6/2015).
2. Lie Detector
Agus juga akan diperiksa dengan alat lie detector. Dengan alat itu, kebohongan Agus bisa terungkap. “Lie detector untuk Agus dan juga Margriet. Kalau dia berbohong nanti akan kelihatan,” kata Kabid Humas Polda Bali, Kombes (Pol) Heri Wiyanto saat dihubungi detikcom, Minggu (14/6/2015) malam.
Saat ini, alat tersebut sudah ada di Mapolda Bali namun belum digunakan. Polisi juga rencananya akan kembali mengkonfrontir Agus dan Margriet terkait pengakuan keduanya. “Kalau tidak ada kesesuaian jawaban, akan kita konfrontir kembali. Termasuk tentang pembayaran Rp 2 miliar untuk membunuh Angeline,” ujarnya.
3. Pendekatan Humanis
Komisi Polisi Nasional (Kompolnas) meminta aparat kepolisian untuk lebih melakukan pendekatan secara humanis untuk mempermudah kinerja polisi saat mengorek keterangan dari Agus yang berubah ubah sehingga menyulitkan proses penyidikan. Selain itu, kondisi Agustinus yang terlihat sedang shock membuat polisi harus lebih humanis.
“Agus terlihat shock ya. Perlu pendekatan humanism pada tersangka Agus sehingga bisa membantu kepolisian dalam mengungkap keterangan yang sebenarnya,” kata Komisioner Kompolnas Edi Hasibuan yang datang bersama Hamidah Abdurrahman usai menemui Agustinus di Mapolda Bali, Senin (15/6/2015) malam.
Diskusi
Belum ada komentar.