//
Anda membaca...
Hukum dan Peristiwa

Kisah Bambang Subandi, Satu-satunya yang Selamat dari Tragedi Hercules di Condet 1991

Bambang Subandi, prajurit satu-satunya yang selamat dari jatuhnya Hercules di Condet, 1991

Bambang Subandi, prajurit satu-satunya yang selamat dari jatuhnya Hercules di Condet, 1991. (Foto: Detikcom)

Seperti tragedi di Medan, pesawat Hercules C-130 juga dulu jatuh pada 5 Oktober 1991 lalu di Bengkel Kerja Las di Kawasan Condet, Jakarta Timur saat hendak terbang ke Bandung, Jawa Barat usai mengisi acara HUT ABRI ke-46 di Parkir Timur, Senayan, Jakarta. Sebanyak empat pleton atau berjumlah 135 prajurit Korps Pasukan Khas terbang di dalam pesawat tersebut.

Sekitar 2-3 menit setelah lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma, tiba-tiba pesawat tersebut hilang kendali dan menukik tajam ke arah permukiman di daerah Condet, Jakarta Timur. Pesawat yang dikemudikan Mayor Penerbang Syamsul Aminullah dan Kapten Penerbang Bambang Soegeng itu pun akhirnya menabrak balai kerja latihan.

Setelah insiden tersebut, Kepala Staf Angkatan Udara ketika itu, Marsekal Siboem Dipoatmodjo, mengatakan seluruh prajurit TNI AU tewas. Selain mereka, terdapat juga dua warga sipil yang turut menjadi korban.

Dugaan penyebab pesawat jatuh adanya kerusakan pada mesin. Seluruh prajurit yang menjadi korban jatuhnya pesawat C-130 dimakamkan dalam satu liang lahat besar di Taman Makam Bahagia (TMB), Pondok Aren, Tangerang, Banten.

Namun ternyata, hanya Pelda (saat kejadian berpangkat Pratu) Bambang Subandi (49) yang berhasil selamat dari maut. Selama puluhan tahun, Bambang menyimpan kenangan tersebut seorang diri. Dari kliping yang dikumpulkannya, ada media yang pernah menulis kisahnya, namun mengutip sumber anonim, bukan keterangan langsung dari Bambang. Lama berselang, akhirnya kisah Bambang secara lengkap ditulis oleh sebuah majalah penerbangan.

Pihak TNI sempat menyatakan semua orang di dalam pesawat tewas. Nama Bambang bahkan masuk dalam daftar yang dimakamkan. Belakangan, hal itu disebut Bambang terpaksa dilakukan agar dirinya bisa beristirahat lama tanpa banyak gangguan.

Kini, kisah Bambang kembali jadi pembicaraan usai tragedi Hercules C-130 di Medan terjadi pekan lalu. Saat detikcom kemudian menelusuri keberadaan Bambang lewat pihak TNI AU. Setelah kontaknya diperoleh, ternyata tidak mudah untuk membuat dia angkat bicara kembali menyelami pengalaman hidupnya sebagai satu-satunya prajurit yang selamat kala itu.

Bambang pun terlebih dahulu meminta izin kepada sang atasan di kesatuannya untuk berbagi kisah. “Beri saya waktu mas untuk bicara,” pintanya.

Sepekan berlalu, Bambang akhirnya bersedia untuk menceritakan pengalaman yang tidak terlupakan itu. Setelah mendapat izin dari atasannya, pria yang akrab disapa Bambang Hercules itu pun mau membagi kisahnya kepada detikcom saat bertamu ke kediamannya yang terletak di Komplek Dwi Kora Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Minggu (5/7/2015).

Bambang Hercules bersama anak dan istrinya

Bambang Hercules bersama anak dan istrinya. (Detikcom)

Dengan ramah, Bambang menyambut dari belakang daun pintu. Panas terik di luar sana tidak seolah larut dalam cerita yang dituturkannya selama kurang lebih 30 menit.

Dengan raut wajah yang tenang, cerita mengalir dari mulut Bambang Hercules yang kala itu masih berusia sangat muda dan baru selesai menjalani pendidikan. Dia juga menggambarkan setiap detil dengan sangat bermakna.

Dalam sesi wawancara, Bambang sempat menunjukkan kliping-kliping pemberitaan tentang tragedi tersebut. Dia juga memperlihatkan bekas luka-lukanya yang masih tersisa. Sebuah puisi yang ditulisnya selama 7 bulan di ruang ICU pun tak ketinggalan menjadi cerita.

Kini Bambang sudah berkeluarga. Dia memiliki istri yang setia menemani bernama Sulihati (44) dan dikaruniai tiga orang anak serta dua cucu. Saat wawancara, sang istri dan anak sulungnya ikut menemani. Bambang kini bertugas di Dinas Komando Pertahanan Nasional. Tugasnya adalah sebagai pengawas radio.

Jadi, apakah benar kisah Bambang sengaja dirahasiakan kala itu? “Siap betul, karena saat itu memang belum ada keterbukaan era informasi waktu itu perintah pimpinan tertinggi untuk menutup keberadaan saya di media,” ujar Bambang di kediamannya.

“Di sini saya juga mau luruskan bagi yang belum tahu secara real kecelakaan A1324 saya adalah korban hidup satu-satunya. Pelda Bambang Subandi saya bertugas di Kohadnus,” tutur Bambang sambil menujukkan foto dalam bingkai kayu.

Halaman Selanjutnya

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: