//
Anda membaca...
Hukum dan Peristiwa

Manusia Gerobak di JakartaTernyata Dikoordinir Seorang Bos

Saat malam takbiran, manusia gerobak menyerbu sejumlah wilayah di Jakarta

Saat malam takbiran, manusia gerobak menyerbu sejumlah wilayah di Jakarta. (Foto: Rimanews.com)

Kehidupan di ibu kota memang keras. Jurang pemisah antara si kaya dan miskin terlihat jelas. Ditandai dengan banyaknya pengemis, manusia gerobak dan banyaknya rumah kumuh di sekitar bantaran kali.

Di ramadhan tahun ini, manusia gerobak dapat mudah dijumpai di jalan-jalan protokol maupun komplek perumahan di Jakarta. Beberapa hari menjelang lebaran jumlahnya semakin meningkat. Bahkan menyebar hingga ke Bekasi terutama pada saat malam takbiran. Seperti pengemis dan pengammen di jalanan Jakarta, sebagian besar mereka dikoordinir oleh bos.

Seperti dilansir dari Detikcom, Jumat (17/7/2015) dini hari, mendapati banyaknya manusia gerobak tengah duduk maupun tidur di sepanjang jalan-jalan protokol. Ditemui di pinggir Jalan Raya Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. sesosok perempuan bernama Nursiah (40) tampak masih terjaga sembari bergantian menjaga gerobak dan suami yang tengah tidur disebelahnya.

Nursiah yang berasal dari Semarang ini bercerita, bagaimana ia yang berasal dari kampung untuk mencari pekerjaan hingga akhirnya bisa menjadi manusia gerobak. Ia harus rela meninggalkan anaknya yang masih bersekolah untuk melangkahkan kakinya untuk mengais rezeki dengan cara berkeliling sembari menarik gerobak di sekitar komplek perumahan dan perkantoran di Jakarta.

“Kesini dari kampung dikoordinir kerja sama Bos. Buat nyari nafkah rezeki buat anak,” tuturnya. Sudah 2 tahun terakhir ia bekerja dengan seseorang yang dipanggilnya Bos itu. Sebelum bekerja Nursiah juga harus memiliki gerobak yang ia beli dari bosnya sebesar Rp 400 ribu untuk bekerja.

Dua bulan sebelum puasa ramadan dan hari raya lebaran, Nursiah bersama suami sudah berkeliling kota Jakarta mencari nafkah rezeki maupun uluran tangan orang yang memberikan sumbangan. Setiap beberapa hari atau seminggu ia harus menyetor uang atau barang ke bos tempat ia di tampung.

“Biasanya nyari botol, tumpukan kertas, yang bisa disetor ke bos trus jadi duit. Duit sumbangan sama beras juga disetorin ke bos,” ceritanya.

Nursiah yang sempat takut tertangkap Satpol PP ini mengaku pernah harus berhutang ke beberapa temannya sesama manusia gerobak agar bisa menyetor sejumlah uang ke pada bosnya.

“Pernah seminggu nggak dapet apa-apa sampai harus ngutang 150 ribu ketemen buat setor ke bos, itu pun diambil semua tanpa dibagi dua kesaya,” paparnya.

Menurutnya hanya ada beberapa orang atau keluarga saja yang benar-benar manusia gerobak yang tidak punya tempat tinggal. Sedangkan sisanya menjadikan manusia gerobak sebagai pekerjaan yang dikoordinir oleh seseorang bos.

“Ada yang beneran (manusia gerobak), ada juga yang nyari nafkah kayak saya,” tambahnya.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: