//
Anda membaca...
Hukum dan Peristiwa

Ini Isi Surat Permintaan Maaf Febrianto, Sekjen The Jakmania

Surat permohonan maaf @bung_febri alias Febrianto

Surat permohonan maaf @bung_febri alias Febrianto. (Foto: Kompas)

Setelah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan provokasi terkait penyelenggaraan final Piala Presiden 2015 pada Minggu (18/10) lalu di GBK, Senayan, Jakpus, Febrianto (37) Sekjen The Jakmania menyampaikan perhomonan maaf secara terbuka terhadap publik. Pria yang berprofesi sebagai wartawan media online tersebut menyatakan, jika kicauannya di akun Twitternya tidak pernah bermaksud untuk menyinggung siapapun.

“Surat ini dari Febri atas nama pribadi dan juga sebagai Sekjen Jakmania, meminta maaf ke publik, keluarga, Pak Kapolda, gubernur yang merasa tidak nyaman akibat tweet ini. Kejadian yang tidak diharapkan dan sebenarnya tidak ada hubungan dengan Febri,” terang Muhammad Halim selaku kuasa hukum Febri di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (21/10/2015).

Menurut Halim, pernyataan Febri di Twitter yang dipersepsikan memprovokasi merupakan reaksi (reply) dari beberapa akun Twitter yang mementionnya, sehingga saling berbalas dan terjadi ‘tweet war’. Kalau pun ada pernyataan keras darinya, dia berdalih itu hanya emosi sesaat.

“Jadi tidak bisa membaca tweet dari saat itu, tapi harus dari awal. Misalnya, ada kecemasan Jakarta aman tidak. Jadi lebih pada kecemasan sebenarnya bahwa Jakarta harus dijamin aman,” imbuhnya.

Dalam surat permohonaan maafnya itu, Febri yang kini masih mendekam di penjara mengaku khilaf tidak menyangka cuitannya di Twitter dapat menimbulkan persepsi provokatif. Terlebih, posisinya sebagai Sekjen The Jakmania yang dapat diikuti oleh anggota-anggotanya.

“Saya mengakui bahwa beberapa pernyataan saya dapat menimbulkan persepsi provokatif, hal ini merupakan kekhilafan saya karena tidak menyadari posisi saya sebagai Sekjen JakMania dan. Sensitifitas isu yang saya tweetkan. Namun demikian, beberapa mention yang masuk ke saya, sehingga terjadi saling balas membalas (tweet war). Jika ada pernyataan keras, hal tersebut merupakan emosi sesaat dan bukan merupakan pernyataan sungguhan yang berasal dari dalam hati saya,” tulis Febri dalam surat tersebut.

Berikut surat permintaan maaf Febri yang ditandatanganinya yang diperlihatkan Halim kepada wartawan di Polda Metro Jaya:

Assalamualaikumm wr.wb

Pertama saya ingin menyampaikan perkenankanlah saya Febriyanto, Sekretaris Jenderal Jakmania untuk memberikan keterangan terkait dengan insiden Piala Presiden dan proses hukum yang saya hadapi.

Kedua, saya ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada keluarga saya, keluarga besar Jakmania atas proses hukum yang saya hadapi yang membuat ketidaknyamanan atau hal-hal lain yang menyusahkan selama proses hukum berlangsung.

Ketiga, saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada publik Jakarta, Bapak Kapolda dan jajaran Polda Metro Jaya, Gubernur DKI Jakarta dan bagi siapapun yang merasakan ketidaknyamanan dan keresahan atas tweet-tweet saya yang dianggap melakukan provokasi.

Dapat saya sampaikan, bahwa saya tidak bermaksud untuk melakukan provokasi, saya tidak menngendalikan atau mendesain insiden-insiden pelemparan yang terjadi dalam kurun pelaksanaan Piala Presiden 2015.

Adapun, terkait dengan pernyataan saya di Twitter, saya dapat sampaikan klarifikasi sebagai berikut:

Pertama, pernyataan saya terkait dengan tolakpersib adalah merupakan bentuk kontribusi dan kritikan saya untuk suksesnya pelaksanaan Piala Presiden 2015. Pada saat itu, saya melihat penolakan yang besar dari elemen JakMania terhadap pelaksanaan Piala Presiden 2015 di Jakarta, khususnya keberadaan Persib di Jakarta, sehingga saya berinisiatif untuk mengingatkan betapa tidak kondusifnya jika pelaksanaan Piala Presiden 2015 di Jakarta.

Kedua, saya mengakui bahwa beberapa pernyataan saya dapat menimbulkan persepsi provokatif, hal ini merupakan kekhilafan saya karena tidak menyadari posisi saya sebagai Sekjen JakMania dan sensitifitas isu yang saya tweetkan. Namun demikian, beberapa mention yang masuk ke saya, sehingga terjadi saling balas membalas (tweet war). Jika ada pernyataan keras, hal tersebut merupakan emosi sesaat dan bukan merupakan pernyataan sungguhan yang berasal dari dalam hati saya.

Ketiga, dan merupakan hal paling penting, saya adalah Bandung dan Bandung adalah saya. Bandung adalah rumah kedua saya, selama kurang lebih 10 tahun saya hidup, belajar dan membina hubungan dengan banyak komunitas di Bandung. Banyak kawan-kawan saya adalah pendukung Persib. Saya tidak mungkin dan tidak ada dalam hati saya untuk mengobarkan kebencian kepada Bandung atau pun Persib.

Saya mengakui persoalan Persib dan Jakmania merupakan persoalan perseteruan yang berakar kuat. Sangat dalam, yang tidak dapat diselesaikan dalam satu malam. Layaknya sebuah kelompok, Jakmania atau Bobotoh ataupun pendukung sepakbola manapun selalu terdapat elemen-elemen garis keras yang terkadang memilih jalan kekerasan untuk mengekspresikan dukungannya terhadap tim sepak bola kesayangannya. Hal inilah yang saya coba ingatkan kepada pihak yang berkepentingan melalui pernyataan-pernyataan di tweet saya, saya melihat kondusifitas Piala Presiden 2015 menjadi tidak konsuduf untuk dilaksanakan di Jakarta. Pernyataan saya di Twitter hanya merupakan sebuah bentuk penyampaian aspirasi dari teman-teman JakMania yang berkeberatan pada pelaksanaan Piala Presiden 2015 untuk diadakan di Jakarta.

Namun lagi-lagi saya harus mengakui kekhilafan saya, sebagai Sekjen sudah seharusnya peran saya untuk menyampaikan secara proporsional dan melalui jalur yang benar terkait dengan situasi yang ada. Saya juga mengakui bahwa saya sebagai Sekjen seharusnya tidak cukup hanya menampung aspirasi teman-teman Jakmania, namun juga dapat dengan bijak mengingatkan dan membina teman-teman untuk menyampaikan aspirasinya secara tertib dan sesuai dengan hukum yang berlaku, walaupun harus saya sampaikan bahwa anggota-anggota Jakmania merupakan organisasi cair yang tidak dapat dikendalikan secara total oleh struktur organisasi.

Untuk hal-hal tersebut di atas, perkenankanlah sekali lagi untuk menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga saya, keluarga besar JakMania, Bapak Kapolda dan jajarannya, Bapak Gubernur dan publik Jakarta atas ketidakbijakan dan kegagalan saya sebagai Sekjen JakMania dalam memberikan pembinaan terhadap para anggota JakMania, terutama terkait dengan pelaksanaan Piala Presiden 2015.

Saya juga ingin menyampaikan bahwa ke depannya, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membina Jakmania sebagai suporter sepak bola yang baik dan tertib dan menjadikan sepak bola sebagai alat pemersatu bukan memecah belah. Lebih khusus, saya juga akan dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk mengadakan upaya-upaya rekonsiliasi antara The Jak dengan Bobotoh untuk menghilangkan segala perseteruan yang ada agar kami sebagai basis suporter terbesar di Indonesia dapat menciptakan iklim persepakbolaan yang kondusif.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, 21 Oktober 2015

TTD

Febriyanto.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: