Effendi alias Lekkeng alias Kenz (35) yang mengelola usaha penipuan via SMS “Mama Minta Pulsa” awalnya adalah petani. Lulusan Madrasah Tsanawiyah ini kini menjadi bos penipu hanya dalam waktu 2 tahun dan segudang kekayaan mulai dari rumah mewah, 2 mobil dan 4 sepeda motor.
Pria asal Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan ini bertubuh tinggi dan kurus. Dia sudah 2 kali menikah dan punya 2 anak dari istri keduanya. Istri pertamanya cerai lantaran tak suka Effendi mulai mengelola usaha penipuan.
Effendi mengaku, Dia mulai belajar menipu dari orang-orang di Desanya sejak 5 tahun lalu di Kabupaten Wajo, hanya sebagai sampingan saat Ia sedang tak bertani.
“Banyak disana yang mengelola usaha penipuan seperti ini,” kata Effendi. Tapi kemudian baru 2 tahun belakangan Effendi mengelola usahanya sendiri dan merekrut anak-anak buahnya.
Ada perbedaan antara penipuan yang dilakukan sindikat Sulawesi dengan sindikat Palembang. Penipu sindikat Sulawesi jarang memakai modus mengelabui korbannya dengan cara menelepon dan menyebut anak atau kerabat korban sakit dan butuh dana cepat, ataupun menyebut anak korban tertangkap polisi dan minta uang penebus.
Sindikat Sulawesi, ujar Effendi, lebih banyak beroperasi dengan modus penipuan via SMS dengan meminta pulsa dengan berlagak sebagai ‘mama’, atau pun mengirim SMS dan meminta seolah-olah agar penerima SMS mentransfer uang ke sebuah rekening.
“Kalau yang menelepon dan mengaku-ngaku anak korban sakit atau tertangkap polisi lalu minta uang, itu khas kelompok Palembang,” ujar Effendi kepada wartawan, termasuk Wartakotalive.com, Jumat (6/11/2015).
“Dulu saya pernah lakukan penipuan dengan modus mama minta pulsa, tapi sekarang tak lagi, sudah kuno modus itu,” ujar Effendi. Bahkan sejak membuka usaha penipuannya sendiri 2 tahun lalu dengan modal Rp 30 Juta, Effendi memilih modus khas Sulawesi yang sudah lama Ia pelajari.
Dia mengirim SMS dengan nomor korban yang acak. Dan SMS itu berisi meminta si penerima mentransfer uang ke sebuah rekening.
Setiap hari, dari usaha menipunya, dia bisa mendapat uang antara Rp 3 juta-Rp 7 Juta atau Rp 90 juta sampai Rp 210 juta per bulan.
Dari penghasilannya itu, Effendi hidup bermewah-mewahan. Dari uang tersebut, Effendi membaginya lagi ke anak buahnya.
“Saya dapat 75 persen, sedangkan sisanya dibagi. Ada juga tujuh persen dibagi ke penarik dana rekening,” kata Effendi. Dari pengakuan Effendi, ia mendapat banyak rekening dari pemesanan di Jakarta Selatan. Ia harus membayar Rp 500.000-Rp 850.000 per buku rekening.
Sebelumnya, polisi dari Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya meringkus Effendi di Jalan Trans Sulawesi, Malili, Sulawesi Selatan pada Selasa (3/11/2015). Effendi ditangkap setelah polisi menggerebek ‘kantor’ penipuan Effendi di Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan Cianjur. Di sana polisi meringkus 13 anak buahnya.
Namun, Effendi mengakui dia hanya jadi bos untuk ‘kantornya’ di Lembang. Sedang yang di Cianjur, ujar Effendi, merupakan jaringan lain yang bosnya masih kenalannya dan sama-sama berasal dari Sulawesi Selatan.
Diskusi
Belum ada komentar.