Belakangan ini beredar kabar di grup WhatsApp yang menyebutkan anggota DPR RI dari F-PDIP, Adian Napitupulu bersitegang dengan awak kabin atau pramugari Citilink di dalam pesawat. Insiden itu disebut terjadi saat politisi itu diminta mematikan ponsel ketika posisi pesawat baru akan mendarat.
Pihak VP Corporate Communication Citilink Indonesia menyatakan insiden yang terjadi tersebut murni adanya ketidaksepahaman.
“Tidak ada. Pak Adian kooperatif dengan kami,” ujar Benny, Selasa (10/11).
Sementara itu, Adian mengakui terjadi insiden cekcok antara dirinya dengan seorang pramugari di dalam pesawat Citilink, Rabu 11 November 2015. Di atas pesawat yang membawanya dari Bangka Belitung ke Jakarta itulah, Adian merasa diperlakukan tak nyaman.
“Persoalan tersebut terjadi gara- gara pramugari yang dinilai tidak ramah dalam melayani penumpang,” kata Adian Napitupulu, Rabu 11 November 2015 malam, seperti diberitakan Tempo.
Kejadian itu bermula, saat pesawat yang membawanya pulang ke Jakarta dari kunjungan kerja ke Bangka Belitung itu, hendak mendarat. Salah satu pramugara memintanya untuk mematikan gadget yang ia gunakan. Adian menjelaskan, meski smart phone masih menyala namun fungsi selularnya dalam keadaan air plane mode. “Kemudian pramugara itu pergi, tidak sampai 1 menit satu orang pramugari dan satu orang pramugara datang dan kembali meminta agar smart phone saya dimatikan,” kata Adian.
Setelah kembali ditemui oleh satu pramugari dan prmugara, Adian menjelaskan lagi ponsel pintarnya sudah disetel dalam air plane mode. Namun pramugari itu tetap memaksa agar ponsel pintar Adian dimatikan, dengan alasan peraturan penerbangan internasional. Apalagi, ponsel pintar Adian, menggunakan baterai lithium. “Saya berusaha menjelaskan bahwa kalau air plane mode sudah diaktifkan maka semua fungsi terkait frekwensi secara otomatis putus sehingga tidak mengganggu navigasi,” ucapnya.
Menurut Adian, dengan nada yang lebih tinggi pramugari itu kembali meminta untuk mematikan total smart phone miliknya. Karena terus dipaksa dan malu pada penumpang lain akhirnya Adian meminta pramugari untuk membawa saja smartphonenya. “Namun pramugari tidak mau dan tetap memaksa agar smart phone dimatikan total, sampai akhirnya smartphone saya matikan total,” ujarnya.
Setelah pesawat mendarat, Adian menemui kembali pramugari dan pramugara dan mengajak mereka ke kantor Citilink untuk minta penjelasan terkait peraturan internasional yang disebut pramugari. Juga kaitannya dengan jenis baterai lithium di ponsel pintarnya. “Akhirnya saya dan satu orang staff saya bersama 2 pramugara dan 1 pramugari di dampingi 2 keamanan Bandara pergi ke kantor Citilink Bandara,” tuturnya.
Setelah sampai di kantor Citilink, Adian mengatakan sempat terjadi perdebatan keras terkait fungsi air plane mode dan kaitannya dengan frekwensi. “Saya jelaskan apa yg saya ketahui tentang air plane mode. Pramugari dan pramugara tetap tidak mau terima. Mereka tetap berkeras bahwa saya salah,” ujar dia. Akhirnya Adian minta agar Citilink Bandara menghubungi kantor pusat Citilink dan kemudian ke kantor Citilink.
Adian menuturkan, ketika di kantor Citilink, Adian bertemu dengan petinggi-petinggi Citilink. Setelah masing-masing memberi penjelasan, akhirnya Manajemen Citilink meminta maaf atas ketidak nyamanan itu. “Setelah itu ya saya pulang ke rumah,” ujar dia.
Diskusi
Belum ada komentar.