
Restu Mayang Sari berjualan cilok di Taman Wisata Air Terjun Cuban Rondo, Malang. (Foto: Merdeka.com)
Jika anda mampir ke Taman Wisata Air Terjun Cuban Rondo, Malang, ada pemandangan yang berbeda di sana. Seorang gadis cantik tampak menjual cilok. Ia terlihat gaul dan berbeda dari pedagang umumnya. Topi warna hitam dipakainya terbalik ala penyanyi R&B, berikut aksesoris kaca mata bening dengan frame hitam.
Rambutnya yang panjang hanya diikat begitu saja dan tertutup oleh topi. Sementara kaos putih dibiarkan terbuka di bagian kedua lengannya, seolah menunjukkan toto-tato yang terukir di tubuh. Wajahnya terlihat garang ala rocker, tetapi ramah kepada setiap pembeli yang datang.
Wanita itu bernama Restu Mayang Sari dan masih berusia muda, 18 tahun.
Sementara di samping kiri Restu, Catur Putri Rahayu (21) kakaknya berdandan sangat kontras dengan Restu. Catur berdandan ala gadis desa dengan baju warna-warni dan rambut panjang dibiarkan terurai.
Keduanya berjualan cilok di Taman Wisata Air Terjun Cuban Rondo di Kabupaten Malang. Mereka pun memiliki gaya tersendiri dalam menawarkan dagangannya dari belakang gerobak bertulis ‘Cilok Salome, Pentol Cilok Daging’. Keduanya kompak meneriakkan kalimat ala penjaga minimarket saat menyambut pembeli masuk ke toko. Keduanya bersama-sama menawarkan kepada pembeli dengan cara yang tidak jauh beda dengan karyawan toko berjaringan nasional itu.
“Silakan ciloknya dicoba. Rasanya luar biasa, silakan ciloknya dicoba,” kata mereka bersamaan dan berulang-ulang, Sabtu (12/12), seperti dilansir dari Merdeka.com.
Restu dan Catur kepada Merdeka.com mengaku, gayanya itu memang meniru para SPG (sales promotion girl) ketika menawarkan dagangannya. Gaya itu sengaja untuk menarik perhatian para pejalan kaki agar bersedia mampir membeli ciloknya.
“Daripada diam kan mas, lebih baik teriak-teriak menawarkan. Pembeli kita sambut dengan ramah,” kata Restu yang diamini kakaknya.
Soal tato, Restu mengaku memiliki banyak tato di tubuhnya. Tato itu permanen yang dibuat beberapa sekitar dua tahun terakhir.
“Saya suka (tato) saja, di lengan kanan-kiri ada, pundak, kemudian paha kanan-kiri dan betis juga ada,” katanya.
Restu mengatakan, kerap para pembelinya ingin mengetahui tentang sejarah tato-tatonya. Beberapa bertanya mengapa menato tubuhnya, apa tidak sakit dan banyak pertanyaan lagi. Restu pun tidak keberatan menjawab setiap pertanyaan, sambil melayani para pembeli.
“Saya jawab suka saja. Saat tato pertama dan kedua terasa sakit, tetapi setelah tidak sakit lagi. Saya suka gambar angel mechanic, semua bertema angel mechanic di paha juga,” jelasnya.
Sementara itu, Catur mengungkapkan, setiap hari berjualan cilok besama adiknya. Keduanya hanya berjualan, sementara yang memasak kedua orang tua mereka. Bisnis itu sudah digeluti ayahnya, berpuluh tahun lalu, kini keduanya hanya melanjutkan. Penjualannya pun akan meningkat lebih besar saat akhir pekan atau hari libur.
“Biasanya omzet di atas Rp 1 Juta, terutama hari Sabtu dan Minggu, atau hari libur. Tetapi tidak pasti, kadang juga tidak sampai segitu,” timpal Restu.
Restu memiliki banyak tato di sekujur tubuhnya yang terukir di kedua lengan, pundak, kedua paha dan betis. Dandanan dan tato-tato di tubuhnya itu kerap mengundang perhatian para pembeli.
“Iseng-iseng mengoda sambil tanya banyak, apa tidak sakit? Gitu-gitulah,” kata Restu.
Tato di tubuhnya, kata Restu adalah tato permanen yang dibuat sekitar dua tahun terakhir. Dia mengaku sebagai penyuka tato, kendati orangtuanya sempat melarang. Seluruh tato bergambar angel mechanic.
Sementara, Ponijan, orangtua Restu dan Catur mengaku sudah puluhan tahun berjualan cilok di Taman Wisata Cuban Roondo. Setiap hari menyiapkan dagangan bersama istrinya, sementara kedua anaknya yang berjualan.
“Sudah menjadi pekerjaan utama. Sehari untuk modal beli kebutuhan sekitar Rp 250 Ribu sampai Rp 350 Ribu,” kata Ponijan.
Restu berjualan bersama kakak kandungnya, Catur Putri Rahayu (21) di Taman Wisata Cuban Rondo Kabupaten Malang. Selama berjualan mereka menawarkan ciloknya meniru para penjaga minimarket saat menyambut pembeli. Teknik keduanya itu diduga berpengaruh pada omset penjualannya.
Restu sendiri mengaku hanya lulusan kelas 2 MTs setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu drop out lantaran ingin bekerja membantu orangtuanya. Sekarang restu ingin kembali melanjutkan pendidikan melalui sekolah kesetaraan.
“SMP nggak lulus, hanya kelas 2. Ingin ikut sekolah paket. Masak gini-gini terus,” katanya.
Sementara kakaknya, Catur berhasil menyelesaikan sekolahnya hingga SMU. Catur mengaku mendapat pelajaran dagang dari orangtuanya. “Sekarang tinggal meneruskan saja,” kata Catur.
Diskusi
Belum ada komentar.