Warga kawasan Kebagusan, Jakarta Selatan, dihebohkan dengan penemuan bungkusan mirip pocong. Pocong itu ditemukan satu meter saat dilakukan galian saluran air.
“Ketemunya kurang lebih pukul 13.00 WIB,” ujar saksi, Muhammad, hansip di kawasan Kebagusan III RT 2/6, Jakarta Selatan, Senin (14/12/2015), seperti dilaporkan Detikcom.
Menurut Muhammad, pertama kali saat ditemukan warga masih pocong utuh. Saat dirinya melapor ke RT dan RW warga semakin banyak yang melihat.
“Warga makin banyak karena omongan dari mulut-mulut,” kata dia.
Muhammad mengetahui penemuan itu merupakan pocong dari ikatan tali yang rapat. Saat penemuan itu, dia diminta pihak RW untuk menjadi mandor untuk pembuatan saluran air.
Namun saat dirinya melapor atas penemuan pocong tersebut, warga penasaran untuk melihat isinya. “Karena warga penasaran di urek-urek deh dan posisi sekarang sudah berantakan seperti ini jadi tidak utuh,” kata dia.
Polisi kemudian datang dan memeriksa bungkusan yang dikica pocong tersebut. Hasilnya?
“Itu bukan pocong, tetapi kain yang di dalamnya berisi tulang belulang. Diduga dari hewan,” kata Kapolsek Pasar Minggu Kompol Zaky Nasution, Senin (14/12/2015).
Hewan tersebut diduga beruk. “Diduga tulang belulang beruk,” Wakapolsek Pasar Minggu AKP Sri Pariaksi di wilayah Kebagusan III, Jakarta Selatan, Senin (14/12/2015).
Beruk merupakan monyet yang terdapat di banyak negara di Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Bangladesh, India, China, Burma, Laos, dan Kamboja.
Menurut Sri, berdasarkan keterangan dari saksi yang merupakan ketua RT 10 beruk liar tersebut ditembak hingga mati. Beruk kemudian dikubur sekitar 5 tahun lalu di RT 2.
Sri melanjutkan, keterangan berbeda disampaikan, seorang warga bernama Naseh. Menurut Naseh, beruk tersebut tidak dikubur di RT 2 dan tidak menggunakan kain.
“Tidak pakai kain, tapi ini pakai baju warna putih diikat tali pocong,” kata Sri, menirukan ucapan Naseh.
Sri menambahkan, tulang beruk berukuran 3 sampai 8 cm. Ada 8 potong tulang beruk yang ditemukan. “Itu ada 8 potong. Dicampur dengan tanah,” tutur Sri.
Diskusi
Belum ada komentar.