Tenaga kerja Indonesia dinilai masih kalah jauh dibanding dengan Vietnam. Hal tersebut bisa menjadi alasan para investor asing untuk lebih memilih berinvestasi di Vietnam. Hal ini tentu mengkhawatirkan mengingat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan berlangsung pada 2016 mendatang,
“Khususnya untuk sektor padat karya, harus diakui kita kalah oleh Vietnam,” ujar Ketua Asosiasi Pedagang Indonesja (Apindo), Hariyadi Sukamdani di Gd. Permata Kuningan, Jakarta Senin (14/12/2015).
Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah jam kerja di Indonesia yang masih jauh dibawah Vietnam. Dalam seminggu, pekerja di Vietnam, kata Hariyadi, bisa dipekerjakan rata-rata selama 48 jam. “Sedang kita cuma 40 jam,” ujar Hariyadi.
Hal itu mengakibatkan Vietnam menjadi lebih menarik di mata Investor. Karena Investor akan lebih senang dengan negara yang ketersediaan jam kerjanya yang lebih lama.
Dalam hal keterampilan tenaga kerja pun, Indonesia dinilai masih rendah. Hariyanto memaparkan hampir 50 persen angkatan kerja di Indonesia berpendidikan SD dan SMP. Berdasarkan data dari Basan Pusat Statistik (BPS) dari 128 juta angkatan kerja Indonesia sekitar 58 juta merupakan tamatan SD dan 20 juta lainnya merupakan tamatan SMP.
“Hal ini menunjukan keterampilan tenaga kerja Indonesia yang masih rendah. Sayang sekali dari segi SDM-pun kita rendah,” ujar Hariyadi.
Imbasnya, adalah pada produktivitas tenaga kerja dan harga yang jadi jauh lebih murah. Kata Hariyadi, walau tenaga kerja di Vietnam dibayar lebih mahal, investor tetap tidak keberatan karena tenaga kerja di Vietnam akan jauh lebih produktif.
“Jatuhnya jadi lebih murah, karena dari jam kerja dan keterampilan mereka unggul. Mereka lebih produktif,” ujar Hariyadi.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pasca diberlakukannya MEA pada Januari 2016 mendatang, Vietnam dianggap akan menjadi pesaing terbesar bagi Indonesia.
Diskusi
Belum ada komentar.