//
Anda membaca...
Bisnis

Ini Dampak Positif Ketegasan Menteri Susi Perangi Illegal Fishing

Kapal nelayan pencuri ikan dibakar di Pulau Datuk, Mempawah, Kalbar

Kapal nelayan pencuri ikan dibakar di Pulau Datuk, Mempawah, Kalbar. (Foto: Antara)

Salah satu hasil kerja nyata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti adalah ketegasannya dalam memberantas praktik illegal fishing yang sebelumnya marak terjadi di laut Indonesia. Hasilnya telah menuai banyak dampak positif untuk rakyat Indonesia, khususnya kaum nelayan.

Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sjarif Widjaja, mengungkapkan bahwa stok ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang dahulu kerap dijarah oleh kapal-kapal asing kini melonjak signifikan.

“Stok ikan langsung melimpah, terutama di daerah yang sering terjadi IUU Fishing, penambahannya banyak sekali,” kata Sjarif dalam konferensi pers di Kantor KKP, Jakarta, Selasa (29/12/2015), seperti dilansir dari DetikFinance.

Berkat stok ikan yang melimpah, hasil tangkapan nelayan lokal lebih banyak, kesejahteraan nelayan pun jadi lebih baik. Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Nelayan per November 2015 adalah 106,12%, naik dibanding November 2014 yang sebesar 104,2%.

“Kesejahteraan nelayan juga mulai naik, secara keseluruhan dibanding tahun lalu mengalami kenaikan. Tapi di November sedikit turun lagi karena anginnya sedang kencang,” tuturnya.

Neraca perdagangan perikanan Indonesia pun makin kinclong. Larangan transhipment alias bongkar muat ikan hasil tangkapan di tengah laut membuat pencurian ikan dari laut Indonesia semakin sulit. Akibatnya, ekspor ikan Thailand dan Filipina menurun, sebab selama ini nelayan dari kedua negara tersebut‎ banyak mencuri ikan dari Indonesia.

Penurunan ekspor ikan Thailand dan Filipina dibarengi dengan meningkatnya ekspor ikan Indonesia. Ekspor ikan tuna Indonesia ke Amerika Serikat (AS) selama Januari-September 2015 misalnya, naik 7,73%. Pada saat yang sama ekspor Tuna Thailand dan Filipina ke AS anjlok masing-masing 17,36% dan 32,59%.

“Kebijakan moratorium dan larangan transhipment yang diberlakukan Indonesia memberikan dampak signifikan pada Thailand dan Filipina. Ekspor tuna Indonesia ke AS Januari-September naik 7,73% sementara Thailand dan Filipina turun. Thailand turun 17,36%, sedangkan Filipina turun 32,59%. Ekspor mereka terganggu,” ungkap Sjarif.

Melimpahnya pasokan ikan di dalam negeri juga membuat konsumsi ikan masyarakat Indonesia meningkat, rata-rata tahun ini 40,9 kg/kapita, naik dibanding 2014 sebesar 37,89 kg/kapita.

“Konsumsi ikan nasional terus mengalami peningkatan, mudah-mudahan tahun depan lebih baik lagi,” ujarnya.

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor perikanan juga bagus. PDB perikanan Januari-September 2015 naik 8,37% di 2015, jauh di atas rata-rata kenaikan PDB nasional sebesar 4,73%. Kenaikan PDB perikanan 2015 juga lebih tinggi dibanding 2014. Pertumbuhan PDB perikanan pada 2014 hanya sekitar 7%.

“Pertumbuhan PDB perikanan mencapai 8,37%, jauh di atas pertanian,” tutup Sjarif.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: