Reinardus Surya Pradhitya adalah anak muda Indonesia yang sudah hampir tiga tahun bekerja di perusahaan media sosial Facebook. Saking bangganya, Reinardus menganggapnya sebagai mimpi yang menjadi kenyataan.
“Saya tertarik programming sejak SMA,” kata Reinardus yang akrab disapa Adhit, setelah menjadi pembicara seminar di Binus University, Senin, 4 Januari 2016. Pria berusia 25 tahun ini bekerja sebagai software engineer di perusahaan Mark Zuckerberg.
Saat kuliah, Reinardus menyadari programmer merupakan sebuah pekerjaan yang menguntungkan di Amerika Serikat. Di tahun pertama kuliahnya ia mulai apply untuk internship di berbagai perusahaan teknologi.
Pada awalnya, Adhit sering gagal mendapatkan internship itu. Namun ia tak patah semangat. Bahkan kegagalan itu memacunya untuk berusaha lebih keras. “Di tahun terakhir kuliah saya riset lagi tentang software recruiting, gimana buat resume,” ujar pria lulusan Nanyang Technology University, Singapura, ini.
Pada 13 Maret 2013, Adhit mendapat kabar gembira. Ia diterima di Facebook. Pada awalnya ia ditempatkan di kantor Facebook di London, Inggris. Waktu itu, ia tak mendapatkan visa H-1B, dokumen keimigrasian untuk masuk Amerika Serikat dan bekerja di sana. “Jadi untuk dapat visa ke sana harus apply sebelum April, nanti keluarnya November, saat itu saya minta agar bisa kerja di kantor yang lain dulu.”
Beberapa bulan kemudian, ia bisa mendapatkan visa itu. Ia kemudian baru bisa bekerja di kantor utama yang berada di Amerika Serikat. Sejak itu, di kantor pusat Facebook, Adhit bekerja satu ruang kerja dengan Mark Zuckerberg.
Menurut dia, Zuckerberg adalah orang yang sangat sibuk. Meski setiap hari bekerja dalam ruang kerja yang sama, Adhit—panggilan Reinardus, jarang melihat Zuckerberg.
Zuckerberg, kata Adhit, lebih sering berkeliling melihat pekerjaan bawahannya serta meeting kolega dari luar Facebook maupun internal Facebook. Uniknya, ada satu ruangan khusus yang kerap dipakai bos Facebook itu untuk rapat. Para karyawan Facebook menyebut ruangan itu the Aquarium.
Sebutan the Aquarium merujuk pada pembatas ruangan yang seluruhnya terbuat dari kaca. “Dia (Zuckerberg) memakai untuk meeting, itu kaca semua, jadi kalau ada visitor datang dan lihat, mereka kayak ‘Hey itu Mark’, akhirnya dinamakan The Aquarium and Mark is the fish,” kata Reinardus seusai menjadi pembicara seminar di Binus University, Senin, 4 Januari 2016.
Adhit juga menceritakan budaya tempat kerjanya yang membuat dia sangat betah. Menurut Adhit, hasil keringat pekerja Facebook sangat dihargai oleh Zuckerberg. Para bos di perusahaan yang bermarkas di Menlo park, California, Amerika Serikat, itu sangat percaya pada pekerjaan anak buahnya. “Everyone is doing good job, because they want to.”
Diskusi
Belum ada komentar.