Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyatakan Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo alias Bahrun Naim diduga dalang serangan teror di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (14/1) siang tadi.
Tito menjelaskan, aksi teror yang diduga dilakukan oleh kelompok Bahrun didasarkan dari hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa Bahrun adalah ketua jaringan Negara Islam Iraq dan Suriah wilayah Asia Tenggara. Keberadaan jaringan ISIS di Asia Tenggara timbul dari imbauan Abubakar Al Baghdadi, selaku pimpinan ISIS.
Tito menjelaskan, Abubakar memerintahkan para simpatisan ISIS untuk juga melakukan operasi di luar wilayah Iraq dan Suriah.
“ISIS ini mengubah strategi, dulu strateginya hanya menggunakan operasi di Syria dan Irak. Tapi kemudian ada perintah dari amirnya, Abubakar Baghdadi untuk melakukan operasi di luar wilayah Irak dan Syria dan kemudian dibentuk cabang ISIS diseluruh dunia,” ujar Tito.
Tito menyampaikan, saat ini jaringan ISIS tidak hanya ada di Indonesia saja, malainkan terdapat di beberapa negara, di antaranya Perancis, Afrika Utara, Turki, Malaysia, Filipina, Thailand, dan beberapa negara lain.
Tito mengungkapkan, aksi teror juga berkaitan dengan keinginan Bahrun untuk menjadi pimpinan ISIS di Asia Tenggara. Namun, karena di negara Filiphina juga sudah ada deklarasi terkait operasi ISIS di Asia Tenggara, maka timbulah rivalitas antara Bahrun dengan pimpinan jaringan ISIS di Filiphina yang belum diketahui namanya tersebut.
Baca juga: Kapolda Metro Sebut Pelaku Teror di Thamrin Kelompok ISIS
“Dia (Bahrun) ingin menjadi leader untuk kelompok ISIS di Asia Tenggara. Kemudian terjadi upaya rivalitas leadership ini, sehingga untuk menjadi pemimpin, di Filipina sudah dideclare cabangnya mereka, di Filipina Selatan. Jadi antar para tokoh ini ingin bersaing menjadi leadership,” ujar Tito.
Tito juga mengatakan saat ini polisi telah mengetahui adanya kelompok yang di pimpin Bahrun tersebut.
“Sementara kelompoknya sudah kita ketahui dan kita lakukan pengejaran,” ujar Tito.
Berdasarkan informasi yang diberitakan detikcom, Bahrun merupakan seorang terduga teroris yang sempat ditangkap oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror pada tahun November 2010 silam. Bahrun ditangkap oleh Densus di rumah kontakannya yang terletak di daerah Pasar Kliwon, Surakarta, Solo. Ketika ditangkap, polisi juga menemukan ratusan butir amunisi di rumah kontrakan tersebut.
Meskipun ditangkap oleh Densus, di persidangan yang digelar di PN Surakarta, Naim tidak dijerat dengan UU Terorisme. Dia ‘hanya’ dijerat dengan Darurat No 12/1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak. Putusan majelis hakim di PN Surakarta pada 9 Juni 2011 menjatuhkan vonis penjara 2 tahun 6 bulan terhadap Muhammad Naim karena tanpa kewenangan menyimpan 533 butir peluru laras panjang dan 32 butir peluru kaliber 9 mm.
Dalam persidangan Naim menolak disebut sebagai pemilik amunisi tersebut. Dia menyebutkan tas ransel hitam berisi ratusan amunisi tersebut sebagai barang titipan kenalannya yang bernama Purnomo Putro sejak pada tahun 2005. Purnomo hingga saat ini masuk DPO kepolisian atas dugaan terlibat kegiatan terorisme.
Namun demikian dalam tuntutan jaksa maupun vonis hakim, persoalan menyembunyikan informasi tentang keberadaan buron tersebut tidak pernah disebut. Dalam tuntutannya jaksa menuntut Naim dipenjara selama lima tahun hanya untuk pelanggaran menyimpan amunisi tersebut.
Setelah bebas dari penjara, Naim kembali berkiprah bersama jaringannya. Dia kemudian diketahui bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah. Namanya sering muncul dalam pemberitaan hampir setiap kali ada WNI yang diketahui bergabung sebagai simpatisan ISIS.
Nama Naim semakin kuat disebut terkait hilangnya seorang mahasiswi semester akhir di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Maret 2015 lalu. Siri Lestari, mahasiswi asal Demak, terakhir kali berkomunikasi dengan keluarga meminta kiriman uang Rp 3,5 juta untuk biaya perkuliahan. Namun setelah itu dia justru meninggalkan perkuliahan.
Sugiran, ayahnya, mendapat informasi bahwa Siti pindah kontrakan bersama seorang lelaki bernama Bahrun Naim. Setelah didatangi, ternyata rumah kontrakan itupun telah kosong. Siti, kata Sugiran, memang pernah pulang ke rumah bersama seorang lelaki bernama Bahrun Naim yang diperkenalkan sebagai calon suaminya.
“Terus terang saat itu kami tidak setuju karena lelaki itu masih punya istri dan juga sudah punya anak. Kami dengar informasi saat ini Bahrun Naim itu sekarang suah berada di Suriah. Kami tidak tahu persis keberadaan Siti saat ini,” ujar Sugiran kepada wartawan saat itu.
Nama Naim kemudian sering dikaitkan dengan klaim dukungan Kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso Abu Wardah yang menyatakan dukungan kepada ISIS. Naim disebut sebagai penghubung utama MIT yang bermarkas di Sulawesi dengan ISIS di Timur Tengah.
Diskusi
Belum ada komentar.