Bahrum Naim, sosok yang disebut di balik rencana pemboman Sarinah Jakarta, Kamis (14/1/2016) kemarin, memiliki blog pribadi, bahrunnaim.co. Situs ini tak dapat dibuka lagi namun jejak tulisan yang ada di blog tersebut masih dapat diakses lewat Google Cache.
Bahrun, yang kini diduga berada di Suriah, pernah menyerukan untuk meniru serangan militan di Paris, yang menewaskan 130 orang pada 13 November 2015.
Dengan judul “Pelajaran dari Serangan Paris” yang dipublikasikan pada 15 November—hanya terpaut dua hari dari tragedi Paris, di blognya, Bahrun mengatakan bahwa serangan itu “menakjubkan”.
Alasannya, menurut dia, serangan itu dilakukan oleh pemuda terbaik yang berusia 15 hingga 18 tahun, dilancarkan di jantung “pusat salibis” dunia, dan dilancarkan dalam waktu singkat dengan jumlah korban besar.
Lihat juga:Tentang Bahrun Naim yang Diduga Sosok Pengendali
Bahrun mengatakan bahwa serangan Paris inspiratif.
“Pertama, dari sisi korban jiwa yang cukup besar. Kedua, dari sisi perencanaan yang matang baik dari sisi target, timing, hingga akhir misi (end of action) yang berani,” tulisnya.
Ia juga mengatakan, serangan Paris hanya mampu dilakukan oleh “pasukan inghimasiyyin (sebutan bagi militan berani mati) yang akan meledakkan dirinya bila hendak tertangkap dan terkepung.”
Baca juga: Mengenal Sosok Bahrun Naim, Dalang Teror Thamrin yang Jago Meretas
Faktor lainnya, lanjut Bahrun, adalah karena “perhitungan efek yang menjadi bola salju” dengan banyaknya pemerintah yang merespons serangan itu sebagai ancaman di wilayahnya.
Ia juga memuji sel militan di negara “salibis”—sebutannya bagi negara berpenduduk mayoritas Kristen—sangat solid.
“Mereka hanya taat dan patuh terhadap perintah yang datang dari Daulah Islam [ISIS], bukan taat dan patuh terhadap perintah yang datang dari yang lain,” tulisnya.
Baca juga: Cerita Bahrun Naim Kelabui Petugas untuk Berangkat ke Suriah
Bahrun mengatakan, ketika akan melancarkan serangan, militan Paris melakukan banyak kamuflase, seperti mengubah penampilan, komunitas, bahkan untuk mencapai tujuan, para militan di negara Barat bahkan tidak mengakses media sosial dan internet.
Strategi pelaku serangan Paris, lebih lanjut menurut Bahrun, adalah dengan mengacaukan skema lingkaran yang biasanya diketahui secara umum oleh otoritas Barat.
Biasanya menurut Bahrun, lingkaran pertama pelaku adalah keluarga, teman; lingkaran kedua adalah teman dari teman, murid dari guru, teman satu organisasi; dan lingkaran ketiga adalah orang-orang yang dikenal atau orang yang mengenalnya.
Namun dalam serangan Perancis skema ini tidak berlaku, sehingga otoritas Barat hingga kini kesulitan melacak siapa saja yang masih hidup terkait serangan tersebut.
Di dalam blog-nya, Bahrun Naim mengklaim sebagai analis, strategi, dan kontra intelijen. Dalam posting lain di blog-nya, Bahrun menjelaskan bagaimana cara membuat detonator TATP yang menurutnya mudah dibuat sebab materinya mudah diperoleh karena dijual bebas di toko-toko kimia. Ia juga menulis artikel cara membuat senjata rakitan dari blank gun.
Diskusi
Belum ada komentar.