Pengamat ekonomi, Faisal Basri mencurigai adanya perang kepentingan dalam pembuatan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung yang baru diresmikan pada Kamis (21/1/2016) kemarin dengan prosesi peletakan batu pertama oleh Presiden Jokowi.
Indikasi pertama, Faisal mengatakan, pejabat yang mengurusi kereta cepat sejak awal bukanlah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, melainkan Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno. Faisal menengarai, ada kepentingan terselubung (vested interest) yang sedang dimainkan Rini.
“(Soal vested interest di blog) sebut saja Rini Soemarno. Ini apa hubungannya? Bagaimana dulu deal-nya? Oke bukan Pak Jonan? Kok yang ngurus kereta api enggak diajak? Kok yang ngurusin kereta api Menteri BUMN?” kata Faisal saat ditemui seusai menjadi pembicara dalam PLN Outlook 2016 di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Indikasi kedua, lanjut Faisal, BUMN dianggap memiliki kepentingan dengan investor utama kereta cepat, yakni China.
Dia menengarai, ada kaitan antara proyek puluhan triliun itu dan pinjaman yang diberikan China Development Bank (CDB) kepada tiga bank pelat merah, yakni Mandiri, BNI, dan BRI.
“Apa kaitannya dengan pinjaman yang dikasih ke Mandiri, BNI, dan BRI yang masing-masing 1 miliar dollar AS? Ini hubungannya apa? Jadi, menurut saya, ini harus dibuka dan terang benderang supaya Pak Jokowi tidak dijerumuskan oleh para pembantunya, oleh para menterinya,” kata dia lagi.
Terakhir, dia juga menilai, sinergi BUMN yang digembar-gemborkan dalam proyek ini tidak dapat dijadikan pembenaran bahwa kereta cepat tidak dibiayai dari dana anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
“Jadi, akal-akalan, pemerintahnya membiayai BUMN lewat PMN (penyertaan modal negara). Jadi, APBN juga. Saya enggak suka kalau akal-akalan kayak begini. Jadi, perlu dipertanyakan reputasi Rini Soemarno,” kata mantan Ketua Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas itu.
Menurut Faisal pada prinsipnya kereta cepat itu ditujukan untuk penumpang. Menurut dia penempatan di Gedebage tidak cocok. Pasalnya jarak dari Gedebage ke pusat kota Bandung itu 1,5 jam. “Ada hal-hal rasional yang susah diterima dengan akal sehat,” ujar dia.
Dampak ekonomi dari kereta cepat ini juga dipertanyakan. Menurut Faisal saat ini kondisi perekonomian Cina tengah melemah. Hal ini menyebabkan adanya kelebihan kapasitas di industri.
Faisal mengatakan para pengusaha di Cina tengah berusaha untuk menyalurkan kelebihan kapasitasnya. “Jangan mau jadi tempat sampahnya Tiongkok,” ucap dia.
Diskusi
Belum ada komentar.