Dua warga Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi korban sindikat perdagangan organ tubuh manusia karena bersedia menjual ginjalnya. Padahal, efek samping hidup memiliki hanya 1 ginjal sangat berbahaya jika pola hidup yang dijalaninya tidak sehat serta tidak boleh terlalu lelah.
Berapa harga ginjal yang dijual korban melalui sindikat ini?
Ifan Sofyan (18) mengaku memperoleh uang puluhan juta rupiah setelah ginjal bagian kiri ‘dilepaskan’ kepada pasien. “Kalau saya menerima uang 75 juta rupiah. Uang itu dibayar langsung setelah beres operasi,” kata Ifan di rumah kontrakannya, Kampung Simpang, Desa Wangisagara, Kabupaten Majalaya, Kabupaten Bandung, Jumat (29/1/2016).
Bareskrim Mabes Polri menangkap tiga pria, AG, DD dan HS, yang terlibat kasus transplantasi ginjal ilegal. Ifan terpaksa menjual ginjalnya melalui perantara AG.
Awalnya, kata Ifan, AG hanya memberikan uang Rp 70 juta. Namun Ifan memelas agar mendapat duit tambahan. Pemuda tersebut menjalani operasi pengangkatan ginjal untuk dicangkok kepada pasien di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat pada Agustus 2016 lalu.
“Nama rumah sakit itu pokoknya terkenal di Jakarta,” ujar Ifan.
Beda lagi diutarakan Edi Midun (39), warga Kampung Pangkalan, Desa Wangisagara, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Dia mengaku beda tipis mengantongi duit hasil menjual ginjal via AG dan sindikatnya.
“Kalau saya, setelah beres operasi, dibayar 70 juta rupiah. Pembayarannya langsung kontan. Waktu itu, saya terima uangnya di dalam mobil saat menuju pulang ke Majalaya,” tutur Edi.
Baca juga: Kisah Getir 2 Warga Majalaya Jual Ginjal ke Sindikat Illegal
Edi sejak semasa belia sudah kenal dengan AG. Menurut dia, AG selama ini memang dikenal sejumlah warga sebagai perantara bagi orang yang berniat menjual ginjal. Selain itu, AG juga perekrut korban atau calon pedonor ilegal.
“AG mengenakan DD dan HS kepada saya menjelang operasi cangkok ginjal untuk pasien. Jujur saja, saya sama sekali tidak mengenal pasien itu,” tutur Edi.
Menjelang operasi, tim dokter sempat menanyakan hubungan Edi dengan sang pasien. Tentu Edi menyiapkan aneka jawaban yang sudah jauh hari siasatnya disusun oleh AG.
“Saya mengaku sebagai mantan pegawai pasien, ya ngaku office boy. Pengakuan tersebut berdasarkan permintaan AG kalau dokter menanyakan soal hubungan saya dan pasien,” tutur Edi.
Diskusi
Belum ada komentar.