//
Anda membaca...
Kuliner

Festival Masakan Babi di Semarang Tuai Pro dan Kontra

Suasana Pork Festival di mal Sri Ratu, Jalan Pemuda Semarang

Suasana Pork Festival di mal Sri Ratu, Jalan Pemuda Semarang. (Foto: Detikcom)

Menjelang imlek, festival masakan dari daging babi digelar di mal Sri Ratu,Jalan Pemuda Semarang, sejak hari Kamis (4/2) kemarin sampai hari Senin (8/2) mendatang. Di festival ini, tidak semua orang boleh masuk karena seluruh hidangannya terbuat dari olahan daging babi.

Pihak panitia mengklaim bahwa acara ini diadakan juga untuk membangun toleransi.

“Saya tidak khawatir (menimbulkan masalah) karena Semarang mempunyai tolerasi yang tinggi. Masjid Kauman saja hanya berjarak setengah kilometer dari Pecinan. Kita beda tapi tidak ada masalah karena masing-masing bisa memahami dan itu sudah terbiasa sejak ratusan tahun lalu,” kata Firdaus Adi Negoro, penyelengara Pork Festival, seperti dilaporkan wartawan lokal Nonie Arni untuk BBC Indonesia.

Penyelenggaraan festival ini menjadi bahan diskusi di forum online dan media sosial setelah ada pemberitaan bahwa sebuah ormas Islam keberatan dengan acara itu karena dianggap membuat warga Muslim tidak nyaman.

“Pork Festival di Semarang dikecam ormas? kalo enggak halal gak usah dateng lah susah amat,” kata satu pengguna Facebook. “Non kafir kok ngurusi Festival daging babi di Semarang? Apa ndhak boleh orang kafir makan babi?” kata yang lain.

“Sebetulnya yang rempong itu orang-orang yang di pusat ini. Kalau di Semarang sangat jarang ada permasalahan gara-gara SARA. Waktu bulan puasa mau cari makanan apapun gampang di Semarang, warung-warung pada buka dan enggak pakai gorden untuk menutup. Sah-sah saja karena saya yakin imannya orang Semarang sudah kuat,” kata satu pengguna dengan nama Andrew Jun.

Nur Laili Mardiyani, warga Muslim Semarang yang ditemui Kamis (04/02) juga tidak mempermasalahkan penyelenggaraan acara itu.

“Kita hidup di kawasan multi kultural jadi tidak ada salahnya. Kenapa musti khawatir. Kalau misalnya Muslim nggak makan daging babi, tidak bakalan datang,” ujar perempuan yang tinggal di kawasan komunitas muslim Pekojan, Semarang.

Walau banyak yang merasa tak terganggu, ada juga yang mengaku tak nyaman. “Baunya gan. Apalagi ini festivalnya di tempat ramai yang sering dilewati orang Muslim,” kata pengguna di forum online Kaskus.

Sementara itu, budayawan Kota Semarang, Tubagus P Svarajati, Jumat (5/2/2016) mengatakan makanan babi telah ada sejak sejak lama. Masyarakat di Indonesia (Nusantara) juga telah lama melakukan budidaya babi.

Masyarakat yang mengelola, ujar Tubagus, telah ada di dalam masyarakat Bali, Batak, Nusa Tenggara Timur, Papua, hingga Manado.

Olahan masakan babi di masyarakat Nusantara juga tidak pernah ditolak. Terlebih di kawasan budidaya babi, olahan menu masakan babi menjadi menu masakan utama.

“Di kalangan masyarakat Tionghoa di Nusantara, masakan babi pastilah berasal dari budaya kuliner di Tiongkok daratan yang dibawa oleh nenek moyang mereka ke Nusantara,” kata Tubagus.

“Jadi, secara kultural, masyarakat Nusantara sudah mengenal masakan babi,” kata dia lagi.

Dia pun berharap agar masyarakat bisa lebih dewasa untuk menghindari sikap intoleransi. Menurut dia, gelaran festival adalah hak masyarakat untuk mengadakan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan kultur hidup yang melingkupinya.

“Berkegiatan asal tidak merugikan kelompok masyarakat lain. Dalam posisi seperti ini, maka penyelenggara festival itu bisa dibenarkan,” kata dia.

Panitia festival makanan pun membuat pengumuman yang melarang bagi umat Muslim untuk masuk dan mencicipi aneka hidangan babi.

“Yang diperlukan ialah sikap bertenggang rasa dari masyarakat mayoritas terhadap kultur masyarakat minoritas, itu jika kita ingin menegakkan NKRI yang berbineka itu,” imbuh dia.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: