Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dihujani kritikan pedas dari sejumlah kalangan karena menghadiri peresmian kantor DPD Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sebuah organisasi yang dinilai menolak Pancasila sebagai ideologi negara dan dasar negara Indonesia.
HTI juga disebut ingin mendirikan Khilafah Islamiyah, suatu pemerintahan global yang menaungi semua umat Islam sedunia. Karena itu, organisasi ini sangat menolak keberadaan nation-state, seperti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam jejaring akun sosial Facebook yang diunggah Hartawan Hari Permadi, terlihat foto mirip Bima Arya yang sedang berpidato di atas mimbar berlatar belakang kalimat “Silaturahim Tokoh dan Syukuran Peresmian Kantor DPD II HTI Kota Bogor”.
Pemilik akun mengunggah foto tersebut pada Senin (8/2/2016), persis seperti yang tertulis di dalam undangan acara.
Foto itu dengan cepat mendapat komentar dari para netizen.
“Saya koq tidak melihat simbol2 negara dlm foto ini spt bendera merah putih, foto presiden & wapres dan lambang negara garuda pancasila. Pdhal yang hadir adlh walikota Bogor sbg pejabat negara. Mungkin ada kawan2 yg punya foto lengkapnya, bisa dishare disini. Sekalian jika ada yg hadir disitu, apakah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya di awal acara. Info2 tadi jadi indikator apakah ormas/lembaga ini pro NKRI atau sebaliknya,”demikian komentar seorang netizen.
Komentar tersebut kemudian dibalas pemilik akun Facebook bernama Zainul Haramain.
“Kok bisa seorang walikota menghadiri acara yg tdk menghargai eksistensi NKRI?” ujar Zainul.
Sementara itu, Ketua Yayasan Satu Keadilan Sugeng Teguh Santoso menyayangkan kehadiran Bima dalam acara tersebut. Menurut dia, sebagai pejabat, Bima tak patut hadir dalam acara sebuah organisasi yang menentang Pancasila.
“Di latar belakang foto itu tak ada bendera Merah Putih,” kata Sugeng, Kamis (11/2/2016).
Kehadiran Bima dalam acara itu, lanjut Sugeng, bisa dianggap pemerintah telah melegitimasi keberadaan HTI dan melanggar sumpah jabatannya.
“Ketika dilantik menjadi wali kota dua tahun lalu, Bima disumpah di bawah Al Quran akan menegakkan konstitusi dan menjunjung Pancasila,” katanya.
Klarifikasi Bima Arya
Mima Arya Sugiarto angkat bicara soal kehadirannya dalam peresmian kantor Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) beberapa waktu lalu. Menurutnya, meskipun organisasi HTI memiliki cara pandang berbeda terhadap agama dan negara, terdapat kesamaan dalam melihat permasalahan, seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran, HIV/AIDS, dan kriminalitas.
“Saya mengajak kawan-kawan HTI untuk fokus pada program penyelesaian persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat karena pada aspek ideologi sudah selesai, Pancasila dan NKRI harga mati,” kata Bima, Kamis (11/2/2016).
Seorang pemimpin, kata Bima, harus bisa mengayomi dan menjaga silaturahim dengan semua lintas elemen masyarakat. Perbedaan keyakinan, agama, dan cara pandang politik tak boleh menjadi hambatan untuk bersilaturahim.
“Saya berbeda pendapat dengan kawan-kawan HTI, termasuk soal cara pandang terhadap agama dan negara. Saya banyak tidak sependapat dengan konsep manifesto khilafah HTI. Ini saya sampaikan secara terbuka di hadapan orang banyak dalam acara itu,” kata dia.
“Kita masih harus terus belajar dari pendiri bangsa ini untuk mengelola perbedaan dan mengedepankan kebersamaan. Sebab, pemerintah tidak bisa sendiri menyelesaikan persoalan,” ujarnya.
Berikut ini penjelasan lengkap Bima Arya.
Aww wr.wb, Salam Sejahtera.
Soal kedatangan saya menghadiri undangan HTI Bogor, ada beberapa pertanyaan di media sosial dan grup-grup chat, kenapa datang?
Bagi saya, pemimpin harus mengayomi dan merawat silaturahmi. Perbedaan keyakinan, agama, cara pandang, politik, tak boleh jadi hambatan untuk silaturahmi. Saya berbeda pendapat dengan kawan-kawan Hizbut Tahrir Indonesia, termasuk soal Khilafah serta cara pandang terhadap agama dan negara. Saya banyak tidak sependapat dengan konsep manifesto Khilafah Hizbut Tahrir. Ini sy sampaikan secara terbuka di hadapan orang banyak dalam acara Hizbut Tahrir, pada 8 Februari 2016 di Bogor.
Bagi saya, Bima Arya, NKRI, Pancasila sudah final, ini harga mati, dan pendirian saya soal ini tidak akan berubah sampai kapanpun. Saya juga tidak setuju dengan kelompok-kelompok yang mencoba-coba memecah-mecah NKRI, mengganti Pancasila, sampai kapanpun.
Tapi saya lihat, ada juga persamaan semangat soal melihat musuh bersama seperti korupsi, kemiskinan, pengangguran, HIV AIDS, kriminalitas, dll. Saya mengajak HTI untuk fokus pada program penyelesaian persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat , karena pada aspek ideologi sudah selesai, pancasila dan NKRI harga mati.
Pekerjaan rumah kita meringankan beban masyarakat belum tuntas kita kerjakan. Perbedaan adalah keniscayaan. Tapi kebersamaan harus diperjuangkan. Kita masih harus terus belajar dari pendiri bangsa ini untuk mengelola perbedaan, dan mengedepankan kebersamaan, karena pemerintah tidak bisa sendiri menyelesaikan persoalan.
Saya berterima kasih atas kritik dan koreksi yang disampaikan pada saya, saya percaya, ini bagian dari proses dialektika menuju Indonesia yang lebih maju.
Salam hormat dari saya,
Bogor, 10/02/2016
Bima Arya
Wali Kota Bogor
Diskusi
Belum ada komentar.