Sekjen UEFA Gianni Infantino akhinya terpilih menjadi Presiden FIFA hingga tahun 2019 untuk menggantikan Sepp Blatter dalam Kongres Luar Biasa FIFA, di Zurich, Swiss, Jumat (26/2/2016) malam WIB.
Di putaran kedua, pria kewarganegaraan ganda (Swiss dan Italia) ini mendapatkan 115 suara, sementara saingan terberatnya, Sheikh Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, hanya mendapatkan 88 suara. Sementara, Pangeran Ali bin Al-Hussein mendapatkan empat suara, sementara Jerome Champagne nol suara.
Berikut profil dan biografi pria berusia 45 tahun ini yang dikutip dari berbagai sumber.
Biografi
Gianni Infantino lahir pada 23 Maret 1970 di Brig, Swiss. Ia merupakan keturunan Italia sehingga memperoleh 2 warga negara ganda. Latar belakang pendidikannya adalah hukum, lulusan University of Fribourg (Swiss). Pengacara ini mampu menguasai banyak bahasa seperti Italia, Perancis, Inggris, Jerman dan Spanyol secara lancar.
Sebelum bergabung dengan UEFA, Infantino bekerja sebagai Sekjen International Centre for Sports Studies (CIES) di University of Neuchâtel, yang bergerak sebagai penasihat sepakbola untuk Liga Italia, Spanyol dan Swiss.
Karir di UEFA
Infantino mulai bekerja di UEFA sejak Agustus 2000 di berbagai bidang seperti hukum dan bisnis sepak bola profesional. Pada Januari 2004, ia ditunjuk sebagai Direktur Hhukum dan Divisi Lisensi Klub UEFA. Setelah menjadi Kepala Eksekutif ad interim dan Deputi Sekjen, ia kemudian terpilih sebagai Sekjen UEFA sejak Oktober 2009.
Ia menjadi salah satu otak di balik peraturan Financial Fair Play dan penambahan jumlah peserta di Piala Eropa 2016 mendatang yang akan diikuti oleh 24 negara. Selain itu, Infantino juga memegang peranan penting dalam konsep Liga Bangsa-Bangsa UEFA dan Piala Eropa 2020 yang akan diselenggarakan di 13 negara.
Kandidat Presiden FIFA
Pada awalnya, Infantino bisa dikatakan sebagai kandidat yang misterius. Banyak media yang menganggapnya ‘terpaksa’ menjadi kandidat hanya karena Michel Platini tak bisa maju menjadi kandidat presiden baru FIFA lantaran tersandung masalah penyuapan.
“Pencalonan saya tidak akan berseberangan dengan Michel,” ujar Infantino seperti dilansir BBC beberapa waktu lalu. “Jika ia mampu melanjutkan pencalonannya, saya akan mengundurkan diri. Ini semua hanyalah masalah kesetiaan.”
Kendati demikian Infantino menyatakan tak akan mundur seandainya terpilih sebagai presiden hanya untuk memberikan jalan bagi Platini.
Infantino menegaskan dirinya bukan sekadar ‘pion’ bagi Platini. Kesetiaan untuk Platini, menurutnya, lebih disebabkan karena keduanya telah bekerja sama cukup lama dan memiliki pandangan dan visi yang sama terkait sepak bola.
“Saya telah bekerja dengan Michel Platini selama sembilan tahun terakhir. Kami memiliki banyak kesamaan pandangan dan ide. Sangat jelas kami memiliki banyak kesamaan filosofi. Tetapi saya merupakan kandidat yang berdiri sendiri,” ujar Infantino seperti dikutip dari SportingIntelligence.
Hingga saat ini, yang masih menjadi pertanyaan besar yang belum terjawab adalah alasan utama di balik pencalonan Infantino. Bahkan, dalam wawancaranya bersama Rob Harris dari AP, Infantino sambil sedikit bercanda menyatakan dirinya resmi masuk ke dalam bursa persaingan menuju presiden FIFA lewat sebuah ‘undian’.
Presiden FIFA
Ia terpilih menjadi presiden baru FIFA periode 2016-2019 menggantikan Sepp Blatter setelah meraup suara terbanyak pada putaran kedua Kongres Luar Biasa FIFA. Ia disebut mendulang suara penuh dari Eropa, Amerika Selatan dan sebagian besar negara Asia.
Saat menyampaikan visi-misinya di depan Kongres,ia berhasil memikat anggota Kongres karena menyampaikannya dalam berbagai bahasa, mulai dari Perancis, Italia, Spanyol, dan Portugis. Ketika berkampanye untuk menjadi presiden FIFA, Infantino mengunjungi berbagai negara dan menurut pengakuannya sendiri telah berkeliling dunia tiga kali sejak mencalonkan diri pada Oktober lalu.
“Pada 27 Oktober, saya memulai pencalonan saya di Kairo, dan pada Senin kemarin menyelesaikannya di Cape Town,” ujarnya ketika menyampaikan visi misi.
Salah satu visi Infantino jika terpilih sebagai presiden baru FIFA adalah menyatakan akan menambah jumlah peserta Piala Dunia dari 32 tim menjadi 40 tim.
Setelah terpilih, Infantino terlihat emosional ketika menyampaikan pidato kemenangannya. “Kita harus terhadap bangga terhadap FIFA dan bangga dengan apa yang akan kita lakukan bersama. FIFA telah melewati masa-masa sedih, masa-masa krisis. Masa-masa itu telah berakhir. Kami akan mengembalikan citra FIFA,” kata Infantino.
Diskusi
Belum ada komentar.