//
Anda membaca...
Kesehatan

Idap Obesitas, Bocah 10 Tahun di Karawang Ini Berbobot 140 Kg

Aria Permana, bocah 10 tahun pengidap obesitas

Aria Permana, bocah 10 tahun pengidap obesitas. (Foto: Radar Cirebon)

Seorang bocah bernama Aria Permana tengah menjadi buah bibir di Kabupaten Karawang dan sekitarnya. Bagaimana tidak, disaat usianya masih 10 tahun, berat badan bocah pasangan Ade Somantri, 42, dan Rokayah, 37, tersebut sudah menyentuh angka 140 kg.

Padahal, normalnya anak laki-laki berusia 10 tahun memiliki berat badan sekitar 30 kg. Akibatnya Aria kesulitan bergerak. Alhasil jangankan untuk bermain seperti anak seusianya, Aria dalam kesehariannya hanya di rumah sambil menonton televisi. Terkadang dalam posisi duduk sembari menyandar dan tiduran.

“Berat pak, sesak ke dada,” kata Aria, Jumat (27/5), seperti dilaporkan Detikcom.

Jangankan berjalan ke sekolah yang berjarak ratusan meter dari rumah, untuk berjalan 10 meter saja, bocah yang baru duduk di kelas III sekolah dasar (SD) itu sudah ngos-ngosan. Impiannya untuk terus meraih gelar juara di kelasnya tahun ini pun pupus sudah.

Aria kini hanya berada di atas tempat tidur sambil berharap ada cara medis yang membuat bobot tubuhnya menyusut. Dikatakan orang tua Aria, Rokayah, Aria mengalami obesitas sejak usia 8 tahun.

“Iya waktu itu pada usia delapan tahun mulai berubah, Tubuhnya terus menggemuk. Kalau makan mah biasa saja kayak anak-anak lain,” kata Rokayah.

Lebih lanjut menurut Rokayah, Aria terlahir secara normal yaitu dengan berat 4 kilogram. Namun pada saat usia balita Aria susah makan. Selain itu Aria juga sempat mengalami kesulitan buang air besar (BAB).

“Waktu itu pada saat susah buang air besar, saya dan suami membawanya ke dokter. Dari dokter juga hanya diberi vitamin,” ujar Rokayah.

Segala upaya sudah dilakukan orang tua agar Aria bisa memiliki bobot seperti anak-anak seusianya. Salah satunya membawa Aria ke poli anak rumah sakit sekelas RSUD Hasan Sadikin Bandung dua tahun lalu.

Sudah hampir dua tahun pengobatan terhadap Aria tidak dilanjutkan. “Kami sudah kehabisan uang,” ungkap Rokayah yang mendampingi Ade kepada Radar Karawang (Jawa Pos Group).

Padahal, hati Rokayah selalu menangis setiap melihat anaknya sulit beraktivitas. Apalagi mengingat masa-masa anaknya masih bersekolah dengan prestasi mentereng.

Hal serupa dirasakan Ade. Dia mengaku bingung. Sudah banyak tenaga hingga materi yang dikeluarkan, tapi belum cukup. Aria tetap tidak bisa beraktivitas. Bahkan, tubuhnya terus membesar.

“Kami sebagai orang tua sangat berharap ada pihak yang mau membantu. Kami sudah maksimal mengobatinya. Bahkan, uang kami sudah keteteran,’’ ujar Ade yang juga seorang petugas keamanan ini.

Tanggapan Ahli Gizi

Ketua Perhimpunan Pakar Gizi (Pergizi) Pangan Jatim Annis Catur Adi juga menanggapi kondisi Aria Permana, bocah berumur 10 tahun yang bobotnya mencapai 140 kg.

Menurutnya, Aria itu sudah tergolong obesitas kelas berat. Menurut dia, sekarang memang banyak anak yang mengalami obesitas. Penyebab utamanya adalah bakat genetis dan kebiasaan konsumsi makanan yang kurang tepat. Saat ini anak mengonsumsi banyak karbohidrat.

Selain nasi, anak ngemil roti, kue, dan cracker. Padahal, kalorinya sangat tinggi. Annis mencontohkan, 250 gram biskuit setara dengan 1 kilogram kentang. “Konsumsi makanan olahan sangat masif,” jelasnya.

Selain itu, konsumsi air putih sudah bergeser menjadi air berwarna. Kalorinya pun sangat tinggi. Kebiasaan makan makanan enak dengan kandungan lemak juga memicu obesitas pada anak. Yang harus diwaspadai adalah risiko obesitas. Misalnya, munculnya hipertensi, obesitas, dan sindrom metabolis lain.

Karena itu, dia merekomendasikan agar Aria menjalani pemeriksaan. Tujuannya, menganalisis dan memberikan treatment atas keluhan yang dialami. Terutama masalah sulit berjalan. Ada tim dokter anak dan ahli gizi. Dari situ, penyebab obesitas bisa ditentukan.

Mengenai prestasi akademis Aria yang bagus, menurut Catur, hal itu wajar saja. “Obesitas tidak akan memengaruhi kecerdasan anak,” ujarnya.

Aria tetap bisa berprestasi. Dengan kasus itu, Annis menyebut pentingnya kontrol orang tua. “Anak gemuk tidak boleh lagi diasumsikan sebagai anak lucu,” katanya memperingatkan.

Di sisi lain, spesialis bedah toraks kardiovaskuler RSUD dr Soetomo Prof dr Paul Tahalele SpBTKV menyatakan, keluhan sulit berjalan yang dialami Aria bisa menjadi pertanda masalah jantung. Menurut dia, obesitas memang membebani jantung. Kerja jantung lebih berat.

Tandanya, jantung akan membesar, lalu terasa sesak di dada. Jika dibiarkan, bisa terjadi gagal jantung. “Anak kecil beratnya segitu sudah tidak sehat untuk jantung,” tegasnya.

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Gravatar
Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: